Terhubungnya satu tempat dengan tempat lainnya tidak lepas dari dukungan ketersediaan akses jalan. Mobilitas warga di satu tempat juga lancar karena tersedianya jalan yang layak dilalui.
Namun, tantangan jalan adalah kondisi yang bersinggungan langsung dengan kondisi alam. Sehingga, jalan di area perkotaan selalu kontras dengan kondisi jalan di pedesaan.
Pada perjalanan saya ke Kecamatan Simbuang, kondisi akses jalan masih sama seperti yang dulu. Khususnya ruas jalan provinsi mulai dari Lembang Mappa' (Kecamatan Bonggakaradeng) hingga ke Lembang Makkodo. Akses jalan di kedua desa ini, kurang lebih 10 kilometer masing sangat menguji adrenalin.
Pagar pembatas jalan pertama atau dalam bahasa lokal disebut sulu' di Lembang Mappa' menjadi tanda bahwa perjalanan akan memasuki area hutan, tanpa pemukiman warga dan jalan ekstrim menuruni punggungan perbukitan.
Jalan tanah landai masih "enteng" dilalui ban motor KLX yang saya kendarai. Aroma khas kerbau, jejak kaki dan kotoran kerbau sangat terasa di jalur ini. Suara binatang hutan di antara rimbunnya pohon pinus adalah satu-satunya suara pendamping deru mesin.
Ruas jalan menantang yang pertama dimulai dari pertigaan jalan Lembang Mappa' - Kecamatan Malimbong Balepe' dan Simbuang. Jalan menukik turun tajam dengan bebatuan lepas.
Sisa-sisa hujan lebat makin membuat parah kondisi jalan yang pernah diratakan setahun yang lalu. Aliran air hujan membentuk parit-parit kecil tak beraturan memotong badan jalan.Â
Jejak sungai kecil dari tebing yang sukses merusak badan jalan juga masih tersisa meninggalkan bongkahan bebatuan besar.Â