Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi

8 Desember 2024   18:20 Diperbarui: 8 Desember 2024   18:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ubi jalar dan pisang rebus dalam rapat keluarga Toraja. (Sumber: Dokimentasi Pribadi) 

Kearifan lokal adalah salah satu kekuatan berdirinya dan bertahannya sebuah suku bangsa hingga saat ini. Di dalam kearifan lokal mengalir peristiwa-periatiwa berbalut budaya. 

Suku Toraja masih memelihara dengan kuat kearifan lokal di tengah gemerlap dan masifnya serbuan modernisasi. Kegiatan masyarakat dengan nilai-nilai kearifan lokal masih melekat kuat dalam berbagai aktifitas. 

Kearifan lokal Suku Toraja kali ini saya jalani dalam rapat keluarga persiapan acara perkawinan. 

Dua rumpun keluarga yang sebelumnya telah sepakat dalam acara lamaran, kini memasuki rapat keluarga terkait teknis pelaksanaan pemberkatan perkawinan dan resepsi. 

Busana khas Suku Toraja, berupa pakaian adat Toraja dan kain sarung mendominasi penampilan rumpun keluarga yang hadir. 

Tempat rapat keluarga pun cukup unik, yakni dilaksanakan di lumbung (alang). Semua anggota keluarga duduk bersila dan bersandar pada tiang-tiang lumbung. Rapat di ruang terbuka ini berlangsung lebih nyaman dalam konsep yang santai. 

Suguhan kopi asli Toraja menyambut semua keluarga yang hadir. Pendamping kopi adalah ubi dan pisang rebus. Ini adalah paket sempurna yang menggambarkan suasana asli rapat keluarga Suku Toraja. 

Menariknya lagi, kopi, ubi dan pisang rebus bukan diambil dari dapur. Semuanya sudah ditempatkan di beranda rumah adat. Sentuhan kearifan lokal yang sangat luar biasa. 

Dua orang tokoh adat (to parenge') dari dua rumpun keluarga yang hadir secara bergantian berbicara memberikan saran dan masukan yang terkait dengan adat istiadat Toraja. 

Rapat keluarga Toraja yang kental dengan kearifan lokal. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 
Rapat keluarga Toraja yang kental dengan kearifan lokal. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 

Kehadiran tokoh adat ini sangat penting demi kelancaran rangkaian acara perkawinan yang tidak bertentangan dengan adat Toraja. Salah satunya adalah kesepakatan tidak menabuh gendang saat persembahan tarian dari keluarga di acara resepsi perkawinan nantinya. 

Kesepakatan ini diambil mengingat di sekitar lokasi rumah tongkonan (rumah adat suku Toraja) tempat berlangsungnya acara resepsi perkawinan, terdapat beberapa jenazah anggota keluarga yang sementara disemayamkan di atas rumah tongkonan. 

Meskipun pemberkatan  perkawinan akan berlangsung secara Kristen dengan sentuhan modernisasi pada gaun pengantin, tetapi busana khas Suku Toraja pada resepsi perkawinan tetap menjadi pilihan utama. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun