Kematian atau kedukaan sudah pasti akan menimpa setiap orang. Tak ada satupun yang bisa memprediksi kapan waktunya tiba.
Mengalami kedukaan tentunya membutuhkan topangan dukungan dari berbagai pihak, baik keluarga maupun komunitas terdekat.
Suku Toraja memiliki tradisi turun-temurun yang selalu hadir dalam setiap acara kedukaan. Secara khusus bagi suku Toraja penganut agama Kristen dan Katolik.
Tradisi tersebut berupa persembahan pujian dalam bentuk paduan suara. Lagu-lagu yang dinyanyikan bertema penguatan dan penghiburan kepada keluarga yang berduka.
Para pemberi persembahan pujian berasal dari warga gereja, kelompok warga sekitar, kaum bapak, ibu-ibu, pemuda, anak-anak dan rumpun keluarga.
Spontan, demikian kata yang tepat untuk tradisi lokal suku Toraja ini. Warga gereja setempat langsung menyiapkan pujian rohani untuk dinyanyikan pada rangkaian ibadah penghiburan.
Seperti kelompok paduan suara Kerukunan Keluarga Palesan (KKP) yang tampil satu kali memberikan persembahan pujian rohani pada ibadah penghiburan salah satu anggota kerukunan. Saya terlibat menyanyikan satu lagu pujian. Tak perlu latihan. Cukup teks lagu dikirim di grup WhatsApp, semua anggota kerukunan kompak tampil menyanyi.
Suara puluhan anggota kerukunan yang terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak pun berpadu indah dengan iringan organ.Â
Terdapat 3 kali persembahan pujian rohani Kristen dilantunkan oleh paduan suara warga jemaat (gereja) dan keluarga.Â
Selain dalam bentuk pada suara, persembahan pujian penghiburan juga sering ditampilkan dalam bentuk vocal group, solo, duet dan trio.Â