Ribuan lulusan sarjana kategori fresh graduate meninggalkan kampus untuk siap masuk dunia kerja setiap tahun. Mereka membawa kompetensi dan skill yang siap diterapkan dalam dunia yang senantiasa bergerak cepat merespon perubahan.
Tingginya ketersediaan angkatan kerja kini menjadi tantangan bagi setiap daerah di Indonesia. Fresh graduate tidak selamanya langsung masuk dunia kerja.
Banyak di antara mereka yang kembali ke daerah mereka. Pada akhirnya menambah jumlah pengangguran jika tidak kreatif memulai usaha dan mencari kerja sampingan secara mandiri.
Pada kampanye pilkada baru-baru ini, calon kepala daerah menyinggung pula tentang job fair. Salah satunya, paslon cagub-cawagub DKI Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno.
Paslon yang untuk sementara unggul di DKI versi hitung cepat membuat program job fair setiap minggu. Meskipun program ini boleh dikatakan program lawas karena sebelumnya juga pernah digadang-gadang, tetapi tetap mengundang animo para pemilih.
Jauh ke belakang sebelum pemilu dan pilkada, job fair sendiri sudah mulai dipopulerkan oleh SMK. Banyak SMK yang menyelenggarakan job fair yang dirangkaikan dengan pameran teknologi. Mereka bekerja sama dengan sejumlah perusahaan-perusahaan ternama yang selama ini menjadi partner sekolah dan tempat praktik siswa.
Tentunya, kehadiran job fair bisa menjadi alternatif bagi mereka yang butuh pekerjaan di tengah usia emas dan produktif. Apalagi mengingat sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan di masa sekarang ini.
Selain fresh graduate yang memang punya prestasi dan skill luar biasa serta langsung dikontrak perusahaan ternama, mereka yang ada dalam lingkup sarjana dengan kompetensi standar masih harus berjuang keras mencari pekerjaan  yang sesuai dengan ijazah mereka.
Pemerintah terpilih ke depan tentunya tetap menghadapi tantangan dalam menyelenggarakan job fair. Tantangan pertama adalah seberapa besar ketersediaan lapangan kerja. Apakah perusahaan yang ada di daerah benar-benar membutuhkan karyawan. Lalu, berapa kuota jumlah pekerja yang akan diserap.
Tantangan kedua adalah apakah para lulusan memang skillnya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Terkait dengan hal ini, perguruan tinggi dan sejenisnya perlu menyediakan program studi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Dengan demikian lulusan perguruan tinggi akan selaras dengan kebutuhan di lapangan.
Berikutnya, pembukaan lapangan kerja baru yang produktif sesuai dengan latar belakang sebuah daerah juga wajib dilakukan pemerintahan baru.Â
Tanpa ketersediaan lapangan kerja, job fair akan sia-sia saja. Ini tentunya menjadi satu tantangan berat para pemerintah di daerah. Jika job fair hanya sebatas program di awal saja tanpa aksi nyata mendorong terbukanya lapangan kerja baru, maka job fair hanya menghabiskan energi pula  karena akan berujung sepi peminat.
Kebijakan-kebijakan terkait job fair ini seyogyanya mendapatkan perhatian yang benar-benar serius.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H