Hujan di hari Rabu pagi (20/11/2024) turun membawahi daratan Kota Jeju, Korea Selatan. Cuaca dingin di hari ketiga winter sedikit bertambah pada suhu 11 derajat celcius.Â
Hari ini adalah hari terakhir keberadaan saya di Pulau Jeju. Tugas negara dalam rangka program Pertukaran Guru Asia Pasifik tahun 2024 akan segera berakhir pula dalam dua hari ke depan. Adapun izin tinggal di Korea Selatan akan berakhir pada tanggal 22 November, sesuai dengan izin dari Kementerian Sekretariat Negara selama 90 hari.
Selama 83 hari, sejak 30 Agustus hingga 20 November, saya menghirup udara di Pulau Jeju. Pada rentang waktu tersebut, 80 hari saya isi dengan tugas pokok mengajar di Jejuseo Middle School.Â
Peran sebagai guru di Negeri Ginseng memiliki perbedaan yang kontras dengan kondisi di Indonesia. Perbedaan paling utama adalah profesionalisme. Disiplin, fokus dan bertanggungjawab atas tugas benar-benar menjadi hal yang saya apresiasi dari para guru. Dengan kata lain, etos kerja yang telah membudaya ini saya telah jalankan di Jejuseo Middle School.
Setiap hari kerja, saya datang tepat waktu dan pulang tepat waktu pula. Ada jam mengajar atau tidak, wajib ke sekolah setiap hari kerja. Perubahan jadwal selalu terjadi setiap hari. Inilah salah satu pemicu disiplinnya, guru wajib hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu. Para siswa pun demikian. Mereka datang tepat waktu dan pulang tepat waktu.Â
Dari sisi pembelajaran, konsep Kurikulum Merdeka di Indonesia benar-benar ada di Jejuseo Middle School. Salah satunya tadi, dinamisnya jadwal pembelajaran. Konten pelajaran disederhanakan. Guru-guru memiliki keleluasaan merancang sendiri kurikulumnya yang didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan siswa.Â
Lingkungan sekolah pun sangat mendukung aktifitas pembelajaran. Ruang terbuka hijau ada di halaman utama lengkap dengan bangku-bangku untuk bersantai.Â
Sekolah ramah anak? Ya. Tersedia jalur khusus disabilitas dibantu dengan elevator.Â
Terkait layanan pendidikan siswa disabilitas, Jejuseo Middle School menyediakan kelas khusus bernama special education. Pembelajaran bagi siswa difabel dan berkebutuhan khusus ini dilaksanakan di dua ruang learning assistance. Guru-guru berstatus inklusif selalu stand by di ruangan mereka.Â
Ketersediaan dukungan fasilitas, media, alat dan sumber belajar yang memadai menjadi pendukung layanan pembelajaran yang sebenarnya. Semua guru nyaman berkreasi dan siswa bahagia belajarnya.Â
Manajemen sampah di sekolah adalahsalah satu pelajaran berharga. Guru, pegawai dan siswa sangat disiplin memilah sampah setiap hari. Tak ada aksi buang sampah sembarangan.
Konsistensi warga sekolah mengelola sampah adalah sebuah aksi nyata dukungan terhadap terwujudnya beberapa tujuan yang tercakup dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Secara tidak langsung aksi ini mendukung kehidupan di bawah air dan daratan. Selain itu, berpengaruh pada ketersediaan sanitasi dan air layak minum.
Budaya jalan kaki juga menjadi hadiah istimewa perjalanan saya ke Pulau Jeju. Berat badan saya sukses berkurang hingga hampir 7 kg dalam tempo 82 hari.
Oleh karena aktifitas fisik selalu ada setiap hari lewat jalan kaki, saya tak pernah merasakan sakit, termasuk flu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H