Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sanbangsan Mountain, Wisata Religi dan Hiking di Seogwipo

16 November 2024   20:46 Diperbarui: 16 November 2024   21:06 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan pintu masuk kawasan wisata religi Sanbangsan Mountain. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Akhir pekan pada akhir musim gugur di Pulau Jeju membawa saya ke Sanbangsan Mountain. Lokasinya ada di bagian tenggara Pulau Jeju, menghadap langsung ke Laut Cina Timur.

Kali ini perjalanan saya tidak untuk menaklukkan puncak gunung Sanbangsan. Gunung ini lebih identik dan dikenal warga lokal sebagai destinasi wisata religi. 

Di depan pintu masuk kawasan wisata religi Sanbangsan Mountain. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Di depan pintu masuk kawasan wisata religi Sanbangsan Mountain. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Jarak pendakian atau lebih tepatya hiking ke Sangangsan Mountain hanya kira-kira sejauh 300-350 meter. Tetapi, jalurnya dijamin sedikit membuat pegal betis bagi yang tak biasa hiking.

Dari arah area parking lot, pemandangan indah dan menakjubkan sudah ada di mana-mana. Deretan patung khas Buddha sudah menyambut di jalan ke arah toilet umum. Berbicara toilet di sini, sangat bersih dan nyaman. Bahkan kita bisa makan sambil buang air kecil karena bersihnya toilet.

Tempat pengambilan tiket masuk berjarak 150 meter dari area parkir. Saya terpukau dengan semua area di lokasi ini. Boleh dikata, setiap meter adalah tentang keindahan.

Di pelataran Kuil Sanbangsan Bomunsa. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Di pelataran Kuil Sanbangsan Bomunsa. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sasaran utama pengunjung adalah pelataran dan altar untuk berdoa. Di sini adalah pusat untuk menikmati pemandangan ke arah Laut Cina Timur. Punggung perbukitan Yongmeori yang menyerupai naga juga sudah bisa terlihat dengan jelas dari Sanbangsan Bomunsa.

Beberapa altar berdoa bagi umat Buddha ada di sini. Patun raksasa kuning keemasan menghadap dari arah timur tepat berada di altar utama Sanbangsan Bomunsa.

Jika berkenan, pengunjung bisa meminta doa khusus di depan pelataran. Harga yag dipatok bervariasi, tergantung dari penggunaan alat berdoa seperti ukuran lilin.

Terdapat juga dua patung arca di depan kuil yang bisa ditempati memberikan semacam persembahan.

Deretan 500 arca biksu. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Deretan 500 arca biksu. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di kawasan religi Kuil Sanbangsan Bomunsa, pengunjung bisa masuk dengan gratis. Tetapi wajib menjaga ketenangan dan kebersihan.  Sampah wajib untuk tidak dibuang sembarangan.

Di kuil ini terdapat ribuan patung. Salah satu yang paling ikonik adalah deretan miniatur patung biksu sebanyak 500 buah. 

Pemandangan dari arah Sanbangsan Mountain. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pemandangan dari arah Sanbangsan Mountain. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dari arah area parking lot, tawaran pemandangan sangat banyak. Fokus utama mata adalah keindahan kawasan Jeju Island Geo Park. Terbentang luas dan memanjang pesisir tenggara Pulau Jeju ini hingga ke arah barat daya.

Pemukiman khas penduduk yang rata-rata tak bertingkat karena rawan tersapu badai sangat jelas dari arah Sangbangsan. Juga hijaunya lahan pertanian sayuran dan jeruk Jeju ada di mana-mana. Sekilas seperti lukisan.

Gua yang disucikan sebagai tempat berdoa penganut Buddha di Sanbangsan Mountain. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gua yang disucikan sebagai tempat berdoa penganut Buddha di Sanbangsan Mountain. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Mendaki ke Sangbansan Mountain tidak sama seperti puncak gunung dan oreum yang ada di Pulau Jeju. Di gunung ini, pengunjung tidak akan mencapai puncak, karena memang tak ada akses pendakian yang dibuat untuk mencapai puncak Sanbangsan. Tipikal batuan keras dan terjal tak memungkinkan untuk jalur pendakian. Selain itu, gunung ini difungsikan untuk kegiatan religi.

Tiket masuk ke jalur hiking Sanbangsan hanya 1.ooo Won. Ticket entrance office sangat modern, meskipun terlihat mungil. Alat canggih dan berbasis digital sudah diterapkan. Pengunjung bisa membar tiket masuk secara tunai dan non tunai.

Tersedia juga sejumlah meja dan bangku sebagai tempat istirahat setelah mendaki 150 meter. Di sini ada penjual souvenir dan minuman ringan khas Pulau Jeju.

Jalan menanjak nerkelok-kelok dengan pijakan anak tangga dari bebatuan menjadi teman hiking menuju tujuan utama di Sanbangsan. Suasana alamiah khas hutan sub tropis sangat kental. Pohon pinus sangat mendominasi hijaunya jalur hiking. Pohon yang banyak tumbuh di Indonesia ini berpadu sempurna dengan beberapa pohon endemik Pulau Jeju lainnya.

Jalur hiking sudah ditata sedemikian rapi dan aman. Jaring-jaring baja terpasang di atas kepala untuk melindungi pengunjung dari bebatuan yang jatuh.

Pengunjung tak diizinkan keluar dari jalur hiking. Hal ini bertujuan untuk melindungi tanaman dan satwa yang ada disekitarnya. Selain itu, ada peringatan untuk berhati-hati terhadap ular berbisa di sepanjang jalur hiking.

Larangan lainnya adalah pengunjung dilarang menerbangkan drone di seluruh kawasan Sanbangsan Mountain. Satu lagi, sangat tidak diizinkan merokok di dalam kawasan ini. Tersedia denda 1.000.000 Won jika tertangkap kamera CCTV merokok di dalam area.

Titik puncak hiking di Sangbansan Mountain adalah sebuah gua yang disucikan. Hanya butuh sekitar 15 menit dari ticket entrance office untuk tiba di lokasi. 

Saya menyempatkan diri untuk mengikuti tradisi menyusun bebatuan menjadi semacam piramida kecil di sisi kanan jalur hiking ke gua suci. Ada dua tempat yang tersedia dengan jejak peninggalan zaman purbakala di dinding batu karst. Di lokasi pertama terdapat satu miniatur patung Buddha.

Gua ini difungsikan sebagai tempat berdoa bagi penganut agama Buddha. Namun, semua pengunjung bisa memanjatkan doa dan harapan di sini.

Ada satu perempuan yang senantiasa memandu pengunjung yang ingin berdoa. Tersedia puluhan karpet mini warna kuning sebagai alas berdoa. 

Setiap pengunjung yang akan berdoa mendapatkan semua fasilitas doa, antara lain dupa dan lilin besar. Oleh karena sebagian besar pengunjung yang berdoa adalah wanita, saya tak sempat masuk ke dalam gua suci ini. Saya mengikuti dari luar prosesi yang sementara dijalankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun