Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sanbangsan Mountain, Wisata Religi dan Hiking di Seogwipo

16 November 2024   20:46 Diperbarui: 16 November 2024   21:06 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan menanjak nerkelok-kelok dengan pijakan anak tangga dari bebatuan menjadi teman hiking menuju tujuan utama di Sanbangsan. Suasana alamiah khas hutan sub tropis sangat kental. Pohon pinus sangat mendominasi hijaunya jalur hiking. Pohon yang banyak tumbuh di Indonesia ini berpadu sempurna dengan beberapa pohon endemik Pulau Jeju lainnya.

Jalur hiking sudah ditata sedemikian rapi dan aman. Jaring-jaring baja terpasang di atas kepala untuk melindungi pengunjung dari bebatuan yang jatuh.

Pengunjung tak diizinkan keluar dari jalur hiking. Hal ini bertujuan untuk melindungi tanaman dan satwa yang ada disekitarnya. Selain itu, ada peringatan untuk berhati-hati terhadap ular berbisa di sepanjang jalur hiking.

Larangan lainnya adalah pengunjung dilarang menerbangkan drone di seluruh kawasan Sanbangsan Mountain. Satu lagi, sangat tidak diizinkan merokok di dalam kawasan ini. Tersedia denda 1.000.000 Won jika tertangkap kamera CCTV merokok di dalam area.

Titik puncak hiking di Sangbansan Mountain adalah sebuah gua yang disucikan. Hanya butuh sekitar 15 menit dari ticket entrance office untuk tiba di lokasi. 

Saya menyempatkan diri untuk mengikuti tradisi menyusun bebatuan menjadi semacam piramida kecil di sisi kanan jalur hiking ke gua suci. Ada dua tempat yang tersedia dengan jejak peninggalan zaman purbakala di dinding batu karst. Di lokasi pertama terdapat satu miniatur patung Buddha.

Gua ini difungsikan sebagai tempat berdoa bagi penganut agama Buddha. Namun, semua pengunjung bisa memanjatkan doa dan harapan di sini.

Ada satu perempuan yang senantiasa memandu pengunjung yang ingin berdoa. Tersedia puluhan karpet mini warna kuning sebagai alas berdoa. 

Setiap pengunjung yang akan berdoa mendapatkan semua fasilitas doa, antara lain dupa dan lilin besar. Oleh karena sebagian besar pengunjung yang berdoa adalah wanita, saya tak sempat masuk ke dalam gua suci ini. Saya mengikuti dari luar prosesi yang sementara dijalankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun