Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Bersejarah Menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Korea Selatan

14 Oktober 2024   18:10 Diperbarui: 16 Oktober 2024   12:21 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak danau kawah Baeknokdam, di puncak Gunung Hallasan, Pulau Jeju, Korea Selatan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Hari Kamis, 3 Oktober 2024 menjadi salah satu perjalanan bersejarah dan terindah dalam hidup saya. Untuk pertama kalinya saya menaklukkan puncak gunung tertinggi. Terasa sangat spesial karena saya melakukannya di luar negeri, yakni di puncak Gunung Hallasan, bernama Baeknokdam, Pulau Jeju, Korea Selatan.

Sebelumnya, pada tanggal 1 Oktober 2024, saya mencapai puncak Witse Oreum, puncak Gunung Halla, puncak tertinggi kedua di Pulau Jeju.

Sebenarnya, tak ada rencana saya untuk langsung mendaki puncak gunung tertinggi Korea Selatan tersebut. Jujur saja, betis saya masih terasa pegal usai pulang dari Witse Oreum dengan tanjakan rumit sejauh 1,8 km dan menghabiskan total jarak perjalanan 17,3 km.

Hanya saja, kuota pendakian ke puncak Gunung Hallasan terbatas setiap hari. Mempertimbangkan padatnya jadwal mengajar di Jejuseo Middle School ditambah kondisi cuaca yang mulai dingin karena masuk musim gugur, saya akhirnya mecoba mencari informasi jadwal pendakian ke puncak Gunung Hallasan.

Setelah mengecek jadwal pendakian pada tanggal 2 Oktober 2024 lewat website resmi, ternyata kuota pendakian hingga akhir Oktober 2024 penuh pada akhir pekan. 

Kuota pada hari libur nasional juga penuh untuk kedua jalur pendakian menuju puncak, yakni jalur Gwaneumsa di Jeju dan jalur Seongpanak dari Seogwipo. Adapun kesempatan terbaik saya mendaki hanya pada hari libur nasional dan akhir pekan.

Adapun ketentuan ketika sudah mendaftar dan tak jadi mendaki tanpa pembatalan, maka akan dikenai sanksi tak boleh mendaki puncak Hallasan selama 3 bulan berturut-turut. Pembatalan pendakian wajib dilakukan sehari sebelum hari pendakian.

Persyaratan ini menjadi salah satu poin pertimbangan saya. Pendakian gratis, tetapi ada konsekuensi jika batal.

Satu-satunya hari yang masih ada kuota kosong adalah, Kamis tanggal 3 Oktober 2024. Di jalur Gwaneumsa, pendakian pagi dari jam 5-8 pagi sebanyak 400 pendaki, kuota baru 337. Pendakian jam 8-10 sebanyak 70 pendaki sudah penuh. Pendakian jam 10-11 sebanyak 25 pendaki juga sudah penuh.

Di jalur Seongpanak dari kota Seogwipo, kuota jam 5-8 pagi sebanyak 700 pendaki sudah penuh. Kuota yang sama dengan jalur Gwaneumsa untuk waktu berikutnya juga sudah penuh.

Jalur Gwaneumsa lebih pendek dari jalur Seongpanak. Gwaneumsa memiliki panjang 8,7 km. Sementara jalur Seongpanak memiliki rute sepanjang 9,6 km. 

Seongpanak lebih landai dan menjadi pilihan sebagian besar pendaki, anak-anak usia SD dan lansia bahkan bisa tembus ke puncak dari jalur Seongpanak. Untuk summit attack dari Seongpanak memang landai. 

Nah, meskipun lebih pendek, jalur Gwaneumsa memilik tanjakan "super mewah" dan vegetasi hutan yang lebih lebat dari pintu masuk hingga Samgakbong Shelter. Pendaki pemula tidak disarankan lewat Gwaneumsa. 

Saya pun memutuskan pendakian pada tanggal 3 Oktober dengan pertimbangan, hari itu adalah hari libur nasional Korea Selatan, hari Jumat masih libur karena Holiday School di Jejuseo Middle School, Sabtu dan Minggu bisa saya jadikan waktu istirahat setelah pendakian. 

Usai menyetujui semua persyaratan pendakian, saya menerima pesan lewat email terkait kode khusus untuk registrasi dan selanjutnya saya diminta memasukkan nomor Kakao. Tiket pendakian saya terima lewat aplikasi Kakao.

Untuk mengurangi rasa pegal di betis dan lutut, saya kompres dengan es batu. Hari Rabu malam saya sempatkan lari kecil keliling Sammu Park sebanyak 6 kali agar betis dan lutut saya tidak kram esok hari. 

Sebotol air mineral, beberapa potong roti tawar dan snack saya bawa sebagai bekal makan siang di puncak. Mengandalkan petunjuk jalan menggunakan Naver Maps, saya memulai pendakian dengan naik bus pagi pukul 5:30 dari pusat kota Jeju. 

10 menit kemudian ganti bus di Jeju City Hall menuju Gwaneumsa Buddhist Temple. Di sini, saya memilih naik taksi mengingat pendakian saya akan dibatalkan secara otomatis jika tidak sampai di pos check in sebelum pukul 8 pagi. 

Saya tak perlu menggunakan aplikasi untuk pesan taksi. Langsung saya tahan saja. Dengan menggunakan bahasa Inggris saya berkomunikasi dengan sopir taksi. Ia tidak paham. Saya terjemahkan lewat aplikasi Papago dan ia langsung tersenyum. Ia pun mengantar saya ke lokasi pos pendakian sejauh 2,3 km. 

Kami masih berbincang dengan bahasa Korea di mana saya dibantu oleh aplikasi Papago. Sopir taksinya sangat ramah dan komunikatif. Ia tersenyum saat saya mengatakan bahwa saya dari Indonesia dan punya tugas mengajar beberapa minggu di Pulau Jeju.

Pukul 07:25, saya tiba di Gwaneumsa District Campground. Suasana masih sepi, sedikit berkabut dan agak dingin. Tanpa pikir panjang saya langsung ke pos check in. Petugas meminta kode registrasi yang dikirimkan lewat aplikasi Kakao. Saya dimintai Paspor. Usai di-scan, saya dipersilahkan memasuki pintu pendakian.

Dari pos depan, kami hanya 2 orang di pagi itu. Di depan saya seorang wanita sekitar 30 tahunan lebih duluan sekitar 50 meter. Sangat sunyi sepanjang jalur awal pendakian sejauh 3,2 km menuju Tamna Valley. Jalur awal ini masih landai dan masuk kategori hijau ke kuning. 

Di Tamna Valley, ujian pertama menanti. Setelah menuruni anak tangga papan yang menukik sejauh 100 meter, di ujung jembatan langsung berhadapan dengan tanjakan "super mewah" menukik tajam seperti memanjat tiang listrik sejauh kirang lebih 100 meter. Beruntung ada tali pengaman pada kedua sisi jalur trekking.

Melewati Tamna Valley, hanya sedikit bonus. Sisanya mendaki terus menuju titik Ant Back hingga Samgakbong Shelter. Total ada 2 lokasi titik toilet dan rest area yang bisa digunakan istirahat sejenak, yakni di pertengahan jarak Tamna Valley dan Ant Back, serta di Samgakbong Shelter.

Saya mulai merasakan ada yang kirang beres di bagian belakang lutut kanan. Jika melangkah seperti ada urat tertarik. Sesekali saya urut. Semangat saya masih full. Harus tuntas hari ini. 

Saya melangkah dengan pelan dan perlahan. Beberapa pelari trail run berpapasan dengan saya turun dari puncak. Sejumlah pendaki juga sudah mulai meninggalkan saya. Mereka berombongan 4-8 orang. 

Yang mendaki kali ini lebih banyak wanita muda yang lewat Gwaneumsa. Salah satu pemicunya adalah jalur Seongpanak sudah full pendaftar.

Kurang lebih 2,5 jam berjalan kaki untuk jarak sejauh 6,9 km dengan diselingi beberapa kali istirahat singkat, saya tiba di Samgakbong Shelter. 

Sangat disarankan untuk buang air kecil  dan mengisi perut di Samgakbong Shelter. Di sini, terdapat satu pintu gerbang menuju puncak dan akan ditutup pada pukul 11.30. 

Cuaca penuh kabut dan sangat dingin di sini, sekitar 12-14 derajat celcius. Beberapa pendaki langsung masuk shelter untuk makan, minum dan menghangatkan badan. O ya, di shelter ini ada fasilitas WiFi gratis. Beberapa titik pendakian dari Gwaneumsa masuk area blank spot. Jadi, ketersediaan WiFi ini sangat mendukung pendaki.

Dari pintu gerbang Samgakbong inilah summit attack  yang sesungguhnya. Masih ada tanjakan sejauh 2,7 km dengan hanya 4 kali bonus sesaat. 

Jalur landai 100 meter yang menuruni jalur menuju jembatan merah. Setelah itu terus mendaki tanpa henti. Kaki saya benar-benar sudah perih di sini. Urat betis kaki kanan sudah ngilu. Tetapi, semangat menuju Baeknokdam masih membara.

Baju dan tas ransel saya sudah basah ditembus kabut yang bergantian dengan hujan rintik-rintik.

Ah... di mana puncak... masih jauh. Hingga pada akhirnya saya tiba di vegetasi terbuka pada ketinggian 1.700 meter. Hanya dihiasi pohon cemara. 

Angin makin kuat berhembus. Kabut tebal mulai menyerbu kawah Baeknokdam di puncak. Pemandangan ini sangat luar biasa. Sejumlah pendaki bahkan berfoto ria pada beberapa tikungan menuju puncak.

Kabut menyelimuti jembatan menuju puncak Gunung Hallasan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kabut menyelimuti jembatan menuju puncak Gunung Hallasan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Menjelang pukul 12:30, saya akhirnya menginjakkan kaki di Baeknokdam. Tak terasa, di tengah kenahagiaan, air mata saya menetes. Saya menangis bahagia tiba di puncak Gunung Hallasan, Baeknokdam, puncak Gunung tertinggi di Korea Selatan. 3,5 jam total waktu saya habiskan mendaki ke puncak.

Terima kasih Tuhan. Akhirnya, bisa mencapai mimpi pribadi bisa mendaki gunung. Ini adalah rekor pribadi saya. Kebanggaan yang luar biasa karena bisa menaklukkan gunung tertinggi Korea Selatan.

Saya adalah satu-satunya orang Indonesia di puncak, dari ratusan pendaki yang silih berganti antri dengan tertib mengambil dokumentasi di dua tugu puncak Baeknokdam.

Beberapa pendaki lokal Korea menyebut nama Indonesia ketika melihat ada bendera Merah Putih di baju saya. 

"That's Indonesia."

Saya merasa bangga. Saya bisa dikenal sebagai orang Indonesia. Sekali lagi, saya bangga sebagai warga Indonesia yang tiba di puncak Gunung Hallasan. 

Di tengah antrian mengambil dokumentasi, saya sempat berbincang dengan dua pengusaha kapal laut asal Korea. Keduanya mengatakan bahwa sering ke Indonesia, khususnya Jakarta, Bali dan Lombok mengantar barang.

Tampak danau kawah Baeknokdam, di puncak Gunung Hallasan, Pulau Jeju, Korea Selatan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Tampak danau kawah Baeknokdam, di puncak Gunung Hallasan, Pulau Jeju, Korea Selatan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Puncak Gunung Hallasan ditandai dengan tugu batu setinggi kurang lebih 150 cm dan tugu kayu dengan tulisan hangul Korea. Ada pula plakat yang menandai puncak.

Pemandangan terbaik di Baeknokdam (dilafalkan pula sebagai Baengnokdam) adalah danau kawah vulkanik di puncak Gunung Hallasan. 

Baeknokdam memiliki arti rusa putih. Kawah ini  adalaj pusat dari Pulau Jeju. 

Kawah seluas 3 km dan memiliki diameter 500 meter ini dikelilingi oleh sekitar 360 buah kumpulan bebatuan kerucut. 

Cuaca dingin langsung menembus kulit saya sesaat setelah mencapai puncak. Ditambah tiupan angin kencang. 

Semua rasa capek, letih, pegal dan ngilu di betis dan lutut terbayar lunas selama ada di puncak. 

Kawah Baeknokdam sangat memukau. Sesekali rombongan awan putih menutupi permukaan kawah. 

Kota Seogwipo tampak jelas dengan sangat indahnya dari puncak. Sayang sekali, kabut tebal menutupi pemandangan ke arah kota Jeju. Di bagian barat bisa dilihat sisi puncak Gunung Halla, Witse Oreum.

Kurang lebih 1,5 jam saya berdiri dalam barisan antrian untuk mengambil dokumentasi. Bukti foto di puncak inilah yang nantinya akan didaftarkan di pos depan untuk mendapatkan sertifikat tanda keberhasilan menaklukkan puncak Gunung Hallasan.

Semua pendaki wajib turun dari puncak pada pukul 13:30, tanpa terkecuali. Hal ini demi keselamatan pendaki karena angin kencang dan dinginnya kabut di sekitar kawah Baeknokdam.

Pukul 13:10, saya memutuskan untuk turun dan kembali melewati jalur Gwaneumsa. Sementara, sejumlah pendaki memilih turun di jalur Seongpanak dan sebaliknya dari Seongpanak ke Gwaneumsa. Saya masih berharap, jika masih ada waktu luang, saya akan mencoba jalur Seongpanak menuju puncak Gunung Hallasan ini.

Perjalanan turun kemudian lebih lama dan lebih ekstrim karena sepanjang perjalanan turun sejauh 8 km setelah puncak, hujan turun tanpa henti hingga saya kembali ke pos check in di Gwaneumsa District Campground.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun