Beberapa wanita dengan usia 5o tahunan bahkan masih lebih cepat langkah dan larinya dari saya.Â
Terjawab sudah rasa penasaran saya. Warga Jeju terkenal dengan porsi makan yang banyak, rutin minum air es, kopi dingin dan sejenisnya tetapi perut mereka tak buncit. Nah, jawabannya ini, disiplin olahraga dan rutin melakukan aktifitas fisik.
Jika saya amati, setiap warga usia sekolah hingga lansia di Kota Jeju, setiap hari memproduksi minimal 10 ribu langkah. Bahkan rata-rata dalam sehari, satu orang dewasa bisa membuat di atas 20 ribu langkah dalam sehari.Â
Usai olahraga keliling taman minimal 4 Â kali di pagi hari, lalu jalan kaki ke bus stop, berpindah dari bus stop ke bus stop lain dan kembali lagi berolahraga. Selaku berputar dan berulang setiap hari.Â
Anak-anak sekolah telah terbiasa menjalani hari-harinya dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Mereka jalan kaki hingga di atas 2 km dari kediaman ke sekolah. Selebihnya naik bus umum atau diantar orang tua menggunakan kendaraan pribadi.
Sepeda manual, sepeda listrik dan skuter listrik ada di mana-mana. Siswa tinggal mengaktifkan kuncinya menggunakan aplikasi Kakao atau aplikasi lainnya yang sistemnya terintegrasi dengan NIK.
Fasilitas trotoar yang lapang, nyaman dan bersih sangat membantu mobilitas siswa menuju dan pulang sekolah. Mereka bisa jalan kaki dengan enteng tanpa perlu khawatir ditabrak kendaraan atau bersinggungan dengan sesama pengguna trotoar.
Pejalan kaki seperti dewa di Kota Jeju. Pengendara pasti akan berhenti dan mempersilahkan pejalan kaki berlalu lebih dulu.Â
Tak ada kebut-kebutan apalagi upaya menerobos lampu merah. Semua berjalan dengan teratur. Pejalan kaki bersabar menunggu kode hijau demikian pula bagi pengendara.
Teknologi canggih pun terpasang di mobil. Jika lampu merah akan menyala di depan, alarm layar aplikasi pada dashboard mobil akan memberikan kode merah untuk segera melaju dengan lambat.