Kabut lagi-lagi menutupi area sekitar. Kali ini bukan rintik-rintik lagi yang turun. Benar-benar hujan. Saya tetap melangkah sambil mengamankan handphone dan dompet. Cover tas saya pasang untuk melindungi passport dan data lainnya.
Hujan dan kabut tebal hanya berlangsung sekitar 5 menit. Pakaian mulai basah. Seolah langit membuka tirai, langit gelap mulai cerah kembali Setelahnya alam sekitar kembali terbuka.
Beberapa pendaki yang turun lengkap dengan mantel. Kami saling menyapa dan terus melangkah kembali.
Tanda-tanda puncak Gunung Halla belum kelihatan. Meskipun sudah ada satu puncak yang kelihatan di depan. Semangat saya kembali terpacu. Mendapatkan area yang mulai landai kembali, saya terpana lagi dengan pemandangannya. Perpaduan kabut yang terus bergerak dengan sabana luas berpadu dengan sedikit pepohonan sangat menakjubkan.
Saya kembali teringat bahwa durasi pendakian naik dan turun di jalur Eorimok Hiking Trail ini sekitar 6-8 jam.
Ketika tiba di jalur yang benar-benar rata, terlihat dari kejauhan tiga puncak berderet. Satu yang berhiaskan bebatuan hitam adalah benteng di balik kawag Baengnokdam. Sayangnya, jalur Eorimok sudah ditutup untuk menjangkau puncak tertinggi di Korea Selatan itu.
DI jalur tersisa sekitar 1,5 km menuju Witse Oreum shelter, view yang benar-benar saya sebut surga akan tersaji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H