Di sekitar tempat ini terdapat satu bukit indah pertama, bernama Sajebidongsan Hill. Berada pada ketinggian 1423 mdpl. Ini adalah tempat pertama yang saya sebut sebagai surga kecil di atas Pulau Jeju, Korea Selatan. Vegetasi tumbuhan yang semula rapat sekali oleh pepohonan, kini mulai terbuka.
Langit biru dengan awan putih kelabu sudah tepat di atas kepala. Kabut tebal membawa tetesan air hujan pun silih berganti menyelimuti badan dan pandangan.
Suara nyanyian burung gagak berbulu hitam gelap mulai ramai. Seolah menyambut saya yang juga berpakaian serba hitam. Memang, jenis burung ini ada di berbagai tempat di Pulau Jeju, termasuk di tengah kota.
Berada di sekitar Sajebidongsan Hill, artinya, saya sudah berjalan menempuh jarak 2,4 km. Saya melihat aplikasi handphone, sudah lebih dari 10 ribu langkah yang tercatat. Ya, hal ini wajar karena berulang kali saya melangkah dalam langkah kecil menapaki anak tangga bebatuan vulkanik dan balok kayu besar.
Sekitar 100 meter di depan, ada satu sumber mata air yang bisa diminum langsung. Air jernih mengalir deras dari pipa ukuran setengah inchi.Â
Tempat mengambil air minum ini pun bisa dijadikan sebagai tempat istirahat sementara. Sambil minum, bisa menikmati pemandangan alam terbuka dengan hiasan pinus dan cemara.
5 gayung kecil stainlees steel tersedia sebagai wadah minum. Saya segera minum. Segar dan dingin. Mirip air es. Setelahnya saya mengisi botol minuman saya.Â
Saya berpapasan dengan sekelompok turis. Saya berbincang dengan beberapa orang. Ternyata mereka dari Prancis. Mereka sangat ramah.Â
Satu dari mereka saya persilahkan minum air dari mata air. Ia sempat menganggap saya sebagai influencer karena saya saat itu sedang merekam video.
Saya salut, karena sebagian besar lansia. Beberapa diantaranya perempuan. Fisik mereka kuat. Mereka naik dari jalur Yeongsil dan turun lewat Eorimok.
Semangat saya menggebu. Lansia saja kuat mendaki, saya masih cenderung muda dan fisik masik kuat harus mampu.