Grinta adalah istilah khusus yang banyak disematkan oleh tifosi Juventus sebagai pemompa bara api semangat yang tak pernah padam untuk segala sesuatu yang menjadi tujuan. Apapun bentuk penghalang, berapapun harus jatuh, tersungkur paksa diri untuk maju bangkit, berdiri dan terus melawan hingga akhir.
Karakter grinta inilah yang telah lama dinantikan para tifosi Juventus, termasuk saya. Bukti kembalinya grinta Juventus telah tersaji pada matchday kedua Liga Champions Eropa. Bertandang ke Red Bull Arena, kandang RB Leipzig, kolektor juara Serie A Liga Italia terbanyak ini sukses mengalahkan tuan rumah dengan skor 2-3.
Juventus dua kali tertinggal, kehilangan kiper Michele Di Gregorio yang diganjar kartu merah, dan pemain terkapar di lapangan.
Dua belas menit babak pertama berjalan, La Vecchia Signora sudah harus kehilangan dua pemain utama. Gleison Bremer terkapar di lapangan pada menit ke-6 usai menerima tekel keras.
Untuk menutupi lubang pertahanan ini, Federico Gatti masuk sebagai pengganti.
Lalu, pada menit ke-12, gelandang serang Juventus asal Argentina, Nico Gonzalez juga harus meninggalkan lapangan lebih awal. Lagi-lagi terkapar menerima hantaman pemain lawan.Â
Penyerang belia berusia 21 tahun asal Portugal, Francisco Conceicao dipilih sebagai pengganti Gonzalez.
Keterbatasan stok pemain pada posisi yang tepat sejak awal laga jelas membuat pelatih Thiago Motta harus berpikir kreatif di laga melawan RB Leipzig.
Tuan rumah RB Leipzig memimpin terlebih dulu lewat gol Benjamin Sesko pada menit ke-30. Gol ini tercipta lewat serangan balik cepat di sisi kanan pertahanan Juventus yang dibangun Luis Openda.
Dusan Vlahovic menyamakan skor pada menit ke-50. Situasi serangan balik menwarnai gol ini. Pergerakan khas bek Andrea Cambiaso yang rajin membantu serangan membuahkan hasil setelah umpannya berhasil disontek Vlahovic.
Juventus kemudian harus bermain dengan 10 pemain setelah penjaga gawang, Michele Di Gregorio menerima kartu merah langsung pada menit ke-59. Dalam posisi one on one dengan Luis Openda, Di Gregorio dianggap menyentuh bola di luar kotak penalti usai tinjauan VAR. Tak pelak, kartu merah dihadiahkan wasit.
Pelatih Thiago Motta pun langsung menerapkan langkah strategis dengan menarik keluar gelandang serang Kenan Yildiz dan menggantikannya dengan kiper Mattia Perin pada menit ke-61. Perin pun membawa semangat grinta-nya untuk rekor penampilan ke-50 berseragam Juventus.
Tak berhenti di situ, racikan strategi Thiago Motta juga mulai berjalan. Bermain dengan 10 pemain, Motta tidak memilih bertahan. Ia justru meminta anak asuhnya bermain menyerang. Gelandang Douglas Luiz dimasukkan menggantikan bek kanan Nicolo Savona.Â
Uraian drama kejadian pelanggaran Di Gregorio ini membuahkan tendangan bebas untuk tuan rumah hingga terciptanya gol kedua RB Leipzig.
Tendangan bebas Xavi Simons membentur siku Douglas Luiz. VAR dan wasit melakukan pengecekan dan hadiah penalti untuk tuan rumah
Juventus kembali tertinggal setelah Benjamin Sesko menyarangkan gol keduanya lewat hadiah sepakan penalti pada menit ke-65. Skor 2-1 untuk keunggulan tuan rumah.
Masuknya pemain bertipe menyerang ternyata membawa dampak besar untuk Juventus. Thiago Motta tidak menerapkan strategi catenaccio Italia seperti yang selama ini dipraktikkan Antonio Conte, Massimiliano Allegri dan Maurizo Sarri ketika tertinggal.Â
Alhasil, pola 4-2-3-1 yang dimainkan sejak awal lebih mengarah ke 4-3-2 Â dan 3-3-3 memaksimalkan 10 pemain. Weston McKennie bersama Nicolo Fagioli mendampingi Teun Koopmeiners di barisan gelandang serang. Sementara Gatti, Pierre Kalulu dan Douglas Luiz bertanggung jawab di lini belakang.
Terlihat jelas di lapangan, Andrea Cambiaso bergantian dengan Weston McKennie untuk mendukung Francisco Conceicao dan Dusan Vlahovic di barisan penyerangan. Kondisi yang sama terjadi ketika, Douglas Luiz membantu serangan, maka Andrea Cambiaso menarik diri kembali ke lini pertahanan.
Meskipun bermain dengan 10 pemain, Juventus justru lebih menguasai bola. Hal yang jarang sekali terjadi.
Hanya berselang 3 menit setelah gol Sesko, Dusan Vlahovic berhasil menyamakan skor. Kali ini kontribusi pergerakan penyerang mungil Francisco Conceicao yang memberikan umpan kepada stiker Serbia. Vlahovic menceploskan bola dengan tendangan melengkung kaki kiri dari luar kotak penalti. Skor 2-2 pada menit ke-68.
Pada kondisi skor imbang, pelatih Thiago Motta tetap meminta Gatti dkk untuk terus menguasai bola dan menekan lawan. Memang, terbukti, tak terlihat sama sekali bahwa hanya ada 10 pemain Juventus. Mereka sanggup menguasai pertandingan dan tetap membuka peluang ke pertahanan RB Leipzig.Â
Adapun pelatih tuan rumah, Marco Rose lambat merespon strategi menyerang Motta. Pada situasi imbang 2-2, Rose bukannya tampil lebih menyerang. Ia hanya sekali mengganti pemainnya, yakni pergantian sesama gelandang, Amadou Haidara digantikan Antonio Musa.
Hingga akhirnya, semangat grinta Juventus benar-benar membuat publik Red Bull Arena Leipzig terdiam. Francisco Conceicao sukses merobek gawang Peter Gulacsi pada menit ke-82.Â
Khusus untuk gol kemenangan Juventus ini, semangat grinta benar-benar menyulut pemain. Berawal dari serangan Leipzig yang dipatahkan Weston McKennie di depan garis pertahanan Juventus. Bola langsung disambut Pierre Kalulu yang kali ini bergerak menggiring bola hingga di depan kotak penalti Leipzig. Kalulu meneruskan bola kepada Nicolo Fagioli yang berdiri bebas tanpa kawalan.
Selanjutnya dalam dua sentuhan, Fagioli meneruskan bola ke Francisco Conceicao.
Putra dari eks gelandang timnas Portugal, Sergio Conceicao kemudian mengontrol bola dengan santai, meliuk-liuk sebentar dan melewati hadangan tiga pemain Leipzig sebelum menaklukkan Gulacsi dengan tendangan kaki kirinya. Skor 2-3 untuk keunggulan Juventus.
Kubu tuan rumah pun seolah panik. Barulah Marco Rose memasukkan para pemain bertipe menyerang, seperti Yussuf Poulsen, Arthur Vermeeren dan Andre Silva. Namun, sudah terlambat. Koordinasi permainan dan penguasaan bola Juventus terlanjur mapan. Hanya dengan 10 pemain, Juventus bisa menguasai bola hingga 56% hingga menit akhir injury time babak kedua. Lagi-lagi, situasi yang jarang sekali terjadi di Juventus selama ini.Â
Tangisan pemain belia Francisco Conceicao usai peluit panjang dan pada perayaan kemenangan bersama sesama pemain dan official menandakan akan pentingnya semangat membara menjalani sebuah laga yang sulit di tengah keterbatasan.
Sisi positifnya adalah di tengah keterbatasan, semangat grinta membawa Juventus pada filosofi permainan bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang.
Grinta, kata inilah yang telah kembali ke dalam tim Juventus. Meskipun harus dibayar mahal karena berdasarkan info terakhir, Gleison Bremer diperkirakan akan istirahat selama 7-8 bulan untuk pemulihan. Bremer mengalami cedera ligamen anterior di lutut kiri. Adapun Nico Gonzalez mengalami cedera ringan pada rektus femoris di paha kanan.Â
Menang atas RB Leipzig adalah kemenangan kedua secara beruntun di Liga Champions yang menempatkan Si Nyonya Tua di peringkat ketujuh klasemen sementara dengan 6 poin. Torehan 3 gol ke gawang Leipzig juga menempatkan Juventus sebagai tim Italia pertama yang telah mencetak 350 gol di kancah UEFA Champions League.
Oleh karena permainan yang menawan kala menaklukkan tuan rumah RB Leipzig, minggu ini Juventus jadi trending topic. Bahkan sedikit unggul dari kekalahan dua raksasa di matchday kedua Liga Champions Eropa, ketika Aston Villa mengalahkan Bayern Munchen 1-0 dan LOSC Lille menundukkan Real Madrid 1-0.Â
Forza Juventus. Fino Alla Fine.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H