Jeju yang telah berjalan satu bulan sejauh ini telah banyak mengubah kebiasaan saya. Jika di Indonesia saya banyak beraktifitas dengan kendaraan bermotor.Â
Pengalaman hidup di kotaMaka, selama tinggal di wilayah dengan status khusus di Korea Selatan ini, sekitar 98% aktifitas saya berlangsung dalam mode jalan kaki. Saya wajib banyak bergerak seperti warga kota Jeju yang membudayakan jalan kaki setiap hari.Â
Tambahan pula, terjadi penurunan berat badan saya hingga hampir 3 kg dalam kurun waktu sebulan. Makanan saya tetap enak dan pakai daging setiap hari, tetapi hal tersebut diimbangi dengan banyak jalan kaki. Salah satu motivasi yang saya bawa selama menjalankan tugas pertukaran guru Asia Pasifik di kota Jeju adalah terjadi penurunan berat badan sebelum kembali ke Indonesia.Â
Inilah salah satu alasannya sehingga saya sangat bersemangat untuk melakukan aktifitas fisik berupa jalan kaki, lari atau memanfaatkan peralatan fitness gratis di apartemen dan Sammu Park. Sama seperti warga kota Jeju, saya pun memanfaatkan aplikasi di handphone sebagai kontrol harian.Â
Bagaimana bisa saya melakukan aktifitas jalan kaki hingga 64,750 km dan memproduksi 92.501 langkah dalam seminggu?Â
Berikut rincian jejak langkah kaki saya sejak tanggal 22 hingga 28 September 2024.Â
Minggu (22/9/2024), kota Jeju dilanda hujan dari subuh hingga Senin pagi keesokan harinya. Aktifitas olahraga jongging dan lari keliling Sammu Park tidak bisa saya lakukan. Aktifitas jalan kaki, saya habiskan di apartemen dengan cara lari santai dalam ruangan selama 44 menit. Menghasilkan 5.483 langkah dengan jarak tempuh 3.838 km dengan kecepatan 5,2 km/jam. Adapun jumlah kalori yang terbakar dalam tubuh sebanyak 196,6 kcal.
Senin (23/9/2024), 10.713 langah, 7,499 km; 425,2 kcal, durasi (01:49:33), kecepatan 4,1 km/jam. Lari kecil dan jogging adalah aktifitas yang mulai saya biasakan sejak minggu kedua kedatangan saya di kota Jeju. Minimal 1 km jarak tempuh setiap pagi, meskipun hanya beraktifitas di sekitar apartemen.Â
Selanjutnya, produksi langkah didominasi oleh aktifitas jalan kaki ke dan pulang sekolah. Kegiatan di sekolah paling banyak memproduksi langkah kaki. Selain mengajar, aktifitas tambahan di lapangan olahraga dan gymnasium telah berkontribusi besar untuk aktifitas fisik saya.Â
Selasa (24/9/2024), 20.114 langkah, 14,079 km; 776,4 kcal; durasi 03:40:04; 3,8 km/jam. Selain melakukan rutinitas aktifitas berupa lari, jogging, dan jalan kaki ke dan dari sekolah, kegiatan tambahan lainnya adalah menjelajahi beberapa ruas jalan kota Jeju di malam hari.Â
Rabu (25/9/2024), 15.472 langkah; 10,830 km; 566,6 kcal; durasi 02:26:00; 4,5 km/jam. Memang benar bahwa, saya tak perlu meninggalkan Pulau Jeju jika ingin berjalan-jalan. Karena hingga saya kembali pun ke Indonesia dua bulan mendatang, daratan Pulau Jeju belum habis saya jelajahi.
Kamis (26/9/2024), 14.176 langkah; 9,923 km; 550,6 kcal; durasi 02:21:52; 4,2 km/jam. Rutinitas pagi dan kegiatan mengajar di sekolah. Malam hari diisi dengan menjelajahi Nuwemaru Walking Street hinga ke toko terbesar Daiso di dekat kantor pemerintahan, bagian timur kota Jeju.
Jumat (27/9/2024), 14.440 langkah; 10,108 km; 561,6 kcal; durasi 02:24:42; 4,2 km/jam. Pagi hari melakukan lari kecil dengan jarak total 2 km. Berjalan kaki ke sekolah dan melakukan aktifitas mengajar Physical Education di lapangan sepakbola Jejuseo Middle School. Pada malam hari, kembali diisi dengan kegiatan menjelajahi beberapa ruas dalam kota Jeju yang mana juga menjadi salah satu pusat belanja ole-ole khas Pulau Jeju dan pusat kuliner.
Sabtu (28/9/2024), 12.103 langkah; 8,472 km; 449,3 kcal; durasi 01:55:46; 4,4 km/jam. Aktifitas yang saya lakukan adalah lari pagi di sekitar apartemen sejauh 2 km. Sore harinya, berjalan kaki menjelajahi pusat kota Jeju. Lalu, pada malam hari, menyempatkan diri melakukan lari kecil mengelilingi Sammu Park sebanyak dua putaran.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa aktifitas saya di kota Jeju didominasi jalan kaki. Dengan berjalan kaki lebih menghemat waktu. Saya bisa melalui jalan pintas. Jika naik bus atau taksi, maka rutenya sedikit lebih jauh. Belum termasuk tersendat di lampu merah 2-5 menit.Â
Khusus untuk jelajah kota Jeju, jalan kaki adalah metode terbaik. Jika menggunakan Jeju City Tour bus atau naik taksi, maka sejumlah tempat-tempat menarik akan terlewatkan. Padahal, hampir semua sudut kota Jeju itu menarik dan instagramable kata anak muda.Â
Saya hanya dua kali naik taksi sepanjang minggu lalu, yakni ketika menuju kantor pusat Korea Post untuk mengambil living expense bulan September. Jaraknya sekitar 2 km dari Jejuseo Middle School. Opsi naik taksi diambil mengingat izin keluar sekolah hanya 45 menit.Â
Jika dikalkulasi dan dirata-ratakan, dalam sehari saya bisa memproduksi lebih dari 10 ribu langkah selama tidak ada hujan yang mealnda sekitar tempat tinggal saya di kota Jeju.Â
Mulai dinginnya cuaca efek masuknya musim gugur, makin menambah intensitas untuk bisa berkeringat. Saat ini, meskipun cahaya matahari terlihat terik, tetapi cuaca dingin dari 27 derajat bisa turun hingga 21 derajat Celcius sertamasih ditambah tiupan angin yang sesekali kencang. Rasa dingin mulai menusuk kulit.
Membiasakan jalan kaki juga menjadi pembiasaan bagi otot-otot kaki saya sebelum mengikuti salah satu ajang lomba lari marathon di kota Jeju pada bulan November mendatang. Pihak sekolah Jejuseo Middle School telah mendaftarkan nama saya sebagai salah satu peserta lomba lari tersebut. Wah, sebuah kesempatan langka bisa berpartisipasi nanti di lomba prestisius, meskipun mungkin saya tak bisa mencapai garis finish. Namun, mudah-mudahan bisa setalah terbiasa jalan kaki dan lari di kota Jeju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H