Makanan bergizi baik dalam bentuk frozen food (makanan beku) bisa menjadi pilihan ketika tidak ingin repot memasak. Selain itu, frozen food juga bisa dimanfaatkan sebagai pilihan cepat manakala tidak banyak waktu untuk memasak.
Dalam perjalanan saya ke kota Jeju, Pulau Jeju, Korea Selatan, pilihan untuk mengonsumsi frozen food akhirnya saya tempuh. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu dan akses untuk mengelola bahan makanan segar dari pasar tradisional dan pusat perbelanjaan.Â
Menjalankan tugas pokok di sekolah pada program Pertukaran Guru Asia Pasifik tentunya menguras banyak tenaga dan waktu. Masuk pagi jam 8 dan pulang pukul 16:30. Tiba di apartemen menjelang pukul 18:00 petang.Â
Waktu luang untuk memasak hanya di hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. Itupun jika tidak ada jadwal kegiatan tambahan di luar jam sekolah yang dikenal dengan istilah Outside Activities (Education Related).
Kegiatan fisik banyak saya lakoni setiap hari, yakni berupa aktif jalan kaki. Rata-rata, lebih dari 10 ribu langkah saya produksi setiap hari. Hari kerja 5 hari dan akhir pekan sama saja.Â
Pilihan bijak saya agar nutrisi untuk badan tetap terpenuhi adalah konsumsi frozen food ini sebagai pendamping nasi.Â
Alasan lain saya memanfaatkan frozen food adalah untuk mengurangi produksi sampah berupa sisa makanan dan limbah bahan baku makanan. Seperti yang sudah saya tuliskan pada beberapa artikel sebelumnya bahwa membuang sampah sisa makanan di Korea Selatan itu berbayar.
Nah, jenis frozen food yang saya pilih adalah sejenis ikan tenggiri (tanpa tulang), ikan tuna (tanpa tulang), udang, gurita, ayam (tanpa tulang) dan daging (tanpa tulang).Â
Selain itu, ada jenis bulgogi, ham dan beberapa olahan daging lainnya yang siap digoreng atau dipanggang. Sumber protein dari ikan dan hewan ini cenderung agak murah di kota Jeju. Mungkin karena sumber bahan bakunya banyak.