Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kedisiplinan Unik Siswa Korea Selatan yang Perlu Dicontoh

28 September 2024   06:14 Diperbarui: 28 September 2024   06:25 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama siswa pada pelajaran Physical Education di Jejuseo Middle School. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kedisiplinan dipercaya sebagai hasil pendidikan karakter yang akan membuat anak sukses di masa depan. Jika dikaitkan dengan kualitas pendidikan, disiplin memang tak bisa dipisahkan. Hanya saja, disiplin bukan tentang memberikan hukuman ketika siswa melanggar. 

Inilah yang membuat saya banyak belajar selama berada di Korea Selatan. Apakah disiplin itu harus dihukum atau melalui cara lain yang lebih membangun karakter positif siswa.

Setelah melalui kegiatan observasi pembelajaran selama 2 minggu dan kini telah menyelesaikan 2 minggu kegiatan mengajar di Jejuseo Middle School, Pulau Jeju, Korea Selatan, saya menemukan beberapa hal unik terkait kedisiplinan siswa. 

Pertama, semua siswa tiba tepat waktu di sekolah. Khusus jenjang SMP, sekolah dimulai pukul 08:30. Sebelum bel pertama berbunyi, siswa sudah ada di ruangan kelas untuk selanjutnya menerima arahan dari wali kelasnya masing-masing selama 10 menit.

Pengecualian bagi siswa yang terlambat tiba di sekolah karena kendala transportasi bus. Seperti diketahui, bus biasanya agak lama di lampu merah, sekitar 2-4 menit. Namun, ketika ada siswa yang datang terlambat, tak ada sanksi atau hukuman yang diberikan. Siswa hanya dimintai konfirmasi, lalu masuk kelas mengikuti pelajaran.

Kedua, siswa sangat aktif mencari guru mata pelajaran di ruang guru ketika bel sudah berbunyi dan guru belum masuk kelas. Perwakilan kelas akan mengetuk pintu ruang guru dan meminta konfirmasi. Di sini, siswa tidak serta-merta masuk ruang guru, kecuali dipersiapkan guru bersangkutan. 

Untuk konfirmasi hal-hal tertentu, biasanya guru yang keluar dari ruang guru dan berbincang dengan siswa di luar. Dengan demikian, tidak ada kegaduhan di dalam ruang guru.

Ketiga, di Jejuseo Middle School, terdapat elevator.  Namun, siswa secara sadar tidak menggunakan fasilitas ini. Kecuali bagi siswa disabilitas, cedera, memiliki gejala sakit, membawa barang berat atau ketika membawa sampah. Mereka sangat patuh. Sesekali, mereka saling mengingatkan ketika mencoba masuk elevator saat ada guru yang memanfaatkannya.

Perihal sederhana ini sebenarnya memberikan dampak positif bagi kesehatan fisik siswa. Misalnya kelas 1, mereka akan jalan kaki menggunakan tangga ke lantai 4, kelas 2 di lantai 3 dan kelas 3 di lantai 2. Mereka dituntun untuk banyak bergerak sehingga tidak rentan sakit.

Aktifitas olahraga siswa di gym. (Sumber: Dokumentasi Pribadi).
Aktifitas olahraga siswa di gym. (Sumber: Dokumentasi Pribadi).

Ketika ada kelas yang kosong karena guru ada tugas lain yang harus diselesaikan, maka siswa tidak berkeliaran atau membuat kegaduhan di kelas. Mereka langsung bergerak menuju gymnasium atau lapangan sepakbola. Tujuan mereka hanya satu, melakukan aktifitas olahraga.

Selama masa bermain di lapangan dan gym, tak ada kejadian berebut bola atau raket. Jika terdapat bola yang melintas ke lapangan permainan lain, maka siswa lainnya yang ada di dekatnya langsung memungut lalu mengembalikannya ke siswa yang memainkannya. Tak ada teriakan yang menyalahkan di lapangan atau saling mengganggu. Semua kegiatan permainan berjalan dengan baik.

Siswa pun tak segan mengajak saya ikut bermain. 

"Teacher Roma, do you want to play with us?" 

Inilah salah satu kalimat yang saya terima dari beberapa siswa perempuan yang mengajak saya bermain bola voli. Saya menyanggupinya dan menikmati bermain bola voli dengan mereka.  Meskipun hanya menggunakan net bulu tangkis, tetapi mereka sangat serius. 

10 menit sebelum jam pelajaran berikutnya masuk, semua siswa akan membubarkan diri dan kembali ke kelas masing-masing. Semua peralatan olahraga yang mereka gunakan, langsung dikembalikan ke tempatnya semula. 

Pada pukul 16:00 jam pembelajaran berakhir. Semua siswa membersihkan kelasnya. Mengatur bangku dan meja sebelum kembali ke rumah. 

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Satu lagi yang rutin dilakukan siswa sebelum kembali ke rumah adalah mereka mengepel kelas. Setelah mengepel usai, mereka lanjutkan dengan mencuci bersih kain pel dan meletakkannya dengan rapi pada tempat jemuran yang telah tersedia. 

Beberapa siswa lainnya melipat kain pel yang telah kering dan menumpuknya dengan rapi pula di sisi wastafel. Tak lupa, lantai mereka pel hingga benar-benar bersih dan tanmpa bau sama sekali.

Siswa lainnya mengangkut sampah ke lantai satu sekolah untuk selanjutnya dijemput oleh petugas kebersihan. Tidak ada perbedaan laki-laki atau perempuan yang bertugas membuang sampah. Semua terlihat penuh kesadaran melaksanakan tugasnya.

Siswa mengangkut sampah. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Siswa mengangkut sampah. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Uniknya lagi, tak ada satupun guru yang memerintahkan siswa terlebih dulu agar melakukan pembersihan kelas, mengepel hingga membuang sampah. Semuanya berjalan natural. Luar biasa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun