Desa Gueom diperkirakan berdiri pada tahun 1271, tahun ke-12 pemerintahan Raja Wonjong dari Dinasti Goryeo. Berdasarkan informasi dari literatur yang menyebutkan bahwa Sambyeolcho, satuan militer Dinasti Goryeo, mengerahkan penduduk untuk membangun benteng tanah saat mereka ditempatkan di Hangpadu-ri (Goseong-ri) di Aewoi-eup.
Adapun nama desa saat itu adalah Eomjangpo atau Eomjangi. Pada tahun 1599, tahun ke-14 pemerintahan Raja Myeongjong dari Dinasti Joseon, Hakim Gang Ryeo ditugaskan ke Pulau Jeju. Di sana ia mengajar penduduk Gueom-ri cara membuar garam dari air laut di atas batu karang.
Garam dapat dipanen dengan cara mengeringkan air laut yang tergenang di tanggul yang dibangun di atas laut. Pemanenan garam laut kemudian menjadi mata pencaharian penduduk desa Gueom.
Dengan demikian, padang garam telah menjadi dasar dan fondasi kehidupan dan mata pencaharian mereka selama kurang lebih 390 tahun.
Padang garam ini memiliki panjang sekitar 3 meter di sepanjang pantai dan memiliki lebar 50 meter. Padang garam alami Gueom-ri kemudian disebut "Sogeumbille" yang berarti daerah batuan dasar alami.
"Sogeum" artinya garam dan "bille" adalah bahasa dan dialek lokal warga Jeju untuk membahasakan batu yang lebar dan datar. Dengan demikian "Sogeumbille" berarti padang garam berbatu atau padang garam alami.
Demikianlah pengalaman berharga yang saya dapatkan dari perjalanan menjelajahi Gueom Rock Salt Farm dan Gueom Village di pesisir barat kota Jeju, Korea Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H