Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pentingnya Komitmen Suami-Istri dalam Menumbuhkan Bonding Dengan Anak

22 September 2024   09:27 Diperbarui: 24 September 2024   11:50 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama istri dan anak-anak pada acara keluarga. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kehadiran orang tua pada masa penting pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting. Terutama pada kondisi saat ini di mana anak-anak lahir, berproses dan bertumbuh di era teknologi informasi dan digital yang semakin masif. 

Bahkan, boleh dikatakan sejak calon anak berproses dari jabang bayi, orang tua sudah hidup dengan digitalisasi. Sembilan bulan dalam kandungan, anak telah secara tidak langsung hidup dengan teknologi digital karena aktifitas ibunya.

Ketika anak lahir pun, ia langsung diperkenalkan ke dunia luas lewat postingan wajahnya di dunia maya via media sosial. Sehingga tidak mengherankan, anak-anak bertumbuh dalam lingkungan teknologi digital.

Orang tua sibuk bukan hanya dengan pekerjaan, tetapi sibuk beraktifitas dengan gadget. Anak pun secara alamiah terbawa suasana. Terlebih sudah terjadi sejak dalam kandungan.

Sudah lumrah dan umum, anak generasi Alpha sering bermain sendiri dengan bekal gadget dari orang tuanya. Bukan hanya beberapa menit, bisa hingga berjalan-jam. 

Seiring perjalanan waktu, ada jurang menganga tercipta antara orang tua dan anak. Terlebih jika kedua orang tua anak sama-sama sibuk karena pekerjaan. Anak dititipkan pada orang tua, pengasuh anak atau keluarga lainnya. 

Banyak kondisi yang membuata hubungan emosional anak dan orang tua tidak berjalan dengan natural. Misalnya, anak masih tidur, orang tua berangkat kerja. Kondisi yang sama terjadi ketika orang tua tiba di rumah. Lalu, anak cenderung akrab dengan smartphone atau dengan orang yang mengasuhnya. 

Saya pernah mengalami kondisi ini di masa kehadiran anak pertama. Saya dan istri sama-sama PNS. Setelah masa cuti istri berakhir dalam 3 bulan, anak sesekali kami titipkan di keluarga sepanjang hari atau memanggil keluarga dekat lainnya sebagai penjaga anak. 

Beragam cerita terjadi. Beberapa kali ganti pengasuh. Ada yang sukarela dan ada pula yang diberi uang lelah. Oleh karena anak pertama, saya pribadi memiliki kerinduan tersendiri dengan anak. Saya tidak menginginkan anak saya memiliki hubungan yang renggang denfan orang tuanya. Hingga pada akhirnya saya dan istri mengambil kesimpulan, sebaiknya kami mengatur waktu sedemikian rupa agar kami yang mendampingi anak dalam masa pertumbuhan. Kami perlu menerapkan pola asuh anak yang membutuhkan kami tenang dan kami bisa menyaksikan pertumbuhan anak setiap saat.

Memasuki usia 4 bulan, kami mulai bergantian mengasuh anak dengan cara membawanya ke kantor. Oleh karen saya adalah guru, maka kemudian saya yang paling dominan membawa anak ke sekolah. Kecuali terlalu sibuk di sekolah atau ada tugas luar, istri yang bertanggung jawab membawanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun