Siswa di setiap negara, daerah, dan sekolah memiliki karakteristiknya sendiri. Dari karakteristik tersebut menampilkan keunikan yang lambat laun menjadi ciri khas.Â
Di Korea Selatan, setiap siswa benar-benar membawa keunikannya masing-masing. Jika dibandingkan dengan siswa di Indonesia, kontras sekali.Â
Misalnya, siswa di Indonesia memiliki banyak jenis pakaian seragam sepanjang 5-7 hari sekolah. Ada seragam resmi di hari Senin, hari Selasa-Kamis batik, Jumat pakaian Olahraga dan Sabtu siswa kadang menggunakan seragam Pramuka.
Siswa di Korea Selatan, justru hanya memiliki satu pakaian seragam resmi sepanjang 5 hari. Contohnya, di Jejuseo Middle School, sekolah tempat saya bertugas selama 3 bulan dalam rangka pertukaran guru Asia Pasifik.Â
Pakaian seragam hanya satu. Celana/rok tiga macam, yakni celana warna coklat muda, hitam dan olahraga. Padahal, Korea Selatan salah satu negara maju, peringkat 5 PISA lagi. Tetapi seragam siswa tidak warna-warni seperti di Indonesia.Â
Setiap hari, celana pun kadang tak seragam. Ada yang pakai hitam/coklat/olahraga. Tidak ada sanksi bagi siswa ketika pakaiannya tidak seragam. Ia hanya dimintai konfirmasi di gerbang sekolah oleh guru penjemput. Biasanya, siswa membawa catatan kecil alasan menggunakan pakaian lain.Â
Sepatu siswa juga bebas. Warna dominan putih. Jika ada warna lain, guru di pintu gerbang hanya meminta konfirmasi.Â
Selain itu, siswa boleh pakai sandal di dalam kelas. Tidak mengherankan beberapa foto dan video pendek yang saya publikasikan di media sosial menuai komentar dari rekan-rekan guru di Indonesia. Ya, guru saja bisa pakai sandal saat mengajar, demikian pula siswa.Â
Khusus hari Jumat, siswa berpakaian bebas. Mereka dominan memakai baju kaos. Celana pendek, jeans dan training lebih dominan dibanding rok bagi wanita.Â
Apakah pakaian mereka mewah di hari Jumat? Apakah pakaian wanita seperti penampilan pesohor Korea? Sejauh pandangan saya, pakaian mereka biasa saja. Bahkan cenderung sederhana. Kaos oblongnya ada yang sudah melar leher bajunya, dll.Â
Demikian pula dengan alas kaki. Mereka tidak menggunakan sepatu super mahal dan aksesoris lainnya. Sepatu harian ke sekolah dan sandal. Siswa dominan pula bawa pakaian ganti di dalam tas mereka. Apalagi mereka ikut kelas elite olahraga, klub ekskul dan bimbingan lainnya seusai jam pelajaran.Â
Semua siswa sangat sopan kepada guru dan siapun yang mereka anggap dewasa di sekolah. Tak terkecuali saya dan rekan kerja, bapak M. Jufrianto. Kami selalu disapa dengan sopan meskipun hanya dengan cara membungkuk saat mereka melihat kami.
Untuk pembelajaran, laki-laki dan perempuan dipisah. Misalnya, kelas 1-1 (girl class), kelas 1-2 (boy class) dan seterusnya bersilangan hingga kelas 1-10. Selanjutnya di kelas 1-11 (girl class), 1-12 (boy class) dan 1-13 s.d. 1-15 (girl class).
Selanjutnya saya akan berbagi hasil pandangan mata tentang keunikan secara personal.Â
Bersambung .....