Guru Indonesia mengajar di luar negeri. Kalimat ini saya tujukan untuk pribadi, di mana saat ini saya sedang berada di kota Jeju, Pulau Jeju, Korea Selatan untuk mengajar di Jejuseo Middle School selama tiga bulan. Kegiatan ini terselenggaran melalui program Asia Pacific Teacher Exchange (APTE) tahun 2024 yang kemudian disederhanakan lagi menjadi Korea-Indonesia Teacher Exchange 2024.
Saat ini, telah memasuki minggu kedua saya pindah satuan pendidikan sejenak untuk menjalankan tugas di salah satu sekolah menengah pertama dengan predikat terbaik di Korea Selatan.Â
Mengajar di sekolah luar negeri memiliki tantangannya tersendiri. Tantangan utama sebenarnya bukanlah budaya negara Indonesia dan Korea Selatan yang kontras. Kendala bahasa di dalam kelas adalah yang paling dominan.Â
Salah satu syarat seleksi untuk mengikuti program pertukaran guru ini adalah mampu berbahasa Inggris, lisan dan tulisan. Namun, siswa di Jejuseso Middle School memiliki keterbatasan yang mencolok dalam hal kemampuan berbahasa Inggris.Â
Keterbatasan bahasa ini pada akhirnya berdampak pula pada guru Indonesia, termasuk saya. Komunikasi antara guru dan siswa di dalam kelas sedikit terhambat karena tidak sinkronnya bahasa. Lalu, tidak mungkin pula bagi saya akan mampu menguasai bahasa Korea dalam kurun waktu yang singkat.
Di kalangan guru-gurunya, hanya beberapa orang saja yang fasih berbahasa Inggris. Mereka adalah guru bahasa Inggris yang pernah tinggal di luar negeri atau native speaker yang menjadi guru di Jejuseo Middle School.Â
Beruntunglah, di sekolah ini ada satu orang guru asing dengan status native speaker. Namanya Mr. Branco. Pria asal Oregon, Kanada ini telah mengajar hampir 18 tahun di Korea Selatan.Â
Khusus di Jejuseo Middle School, tahun ini adalah tahun keempatnya mengajar di sekolah yang berlokasi tidak jauh dari bandara internasional Jeju.Â
Sejak berkenalan dengan Mr. Branco pada hari pertama di Jejuseo Middle School, ia telah banyak memberikan motivasi yang berguna bagi saya dengan status guru asing. Motivasinya tersebut kemudian saya jadikan tips sederhana agar dimampukan menjalankan tugas mengajar.Â
"Bring your charisma." Ini adalah nasehat dan motivasi terbaik yang disampaikannya.Â
"You are here as foreign teacher. So, actually you bring something different, something special that no one here own it."Â
"I'm sure, you have worked as teacher for years with many experinces. So, remember to bring your charisma!"
Kalimat-kalimat ini sebenarnya menandai pengalaman Mr. Branco sebagai pengajar asing di Jejuseo Middle School. Bagi saya ini adalah tips sederhana yang bisa berdampak besar di dalam kelas dan interaksi dengan guru lain.Â
Nasihat Mr. Branco ini kemudian saya simpulkan, "Be yourself! Be confident!"
Saya sangat bersyukur bisa bertemu Mr. Branco. Ia banyak memberikan bekal informasi terkait cara menghadapi siswa Korea Selatan di dalam kelas.Â
Pada hari pertama melakukan kegiatan observasi pembelajaran, saya pun telah mengobservasi Mr. Branco saat mengajar di dalam kelas bahasa Inggris. Bagi saya, ia sangat luar biasa mengajar dengan cara yang cukup sederhana.Â
Ia menerapkan metode mengajar yang dikembangkannya sendiri menyesuaikan dengan kondisi anak-anak Korea di kelas yang minim penguasaan bahasa Inggris.
Selama berada di Jejuseo Middle School, saya tidak hanya mengajar bahasa Inggris saja, tetapi juga terlibat dalam sejumlah mata pelajaran lain seperti Matematika, Seni Musik, Physical Education, Cooking Class, Ethics, dll.
Tantangan mengajar di luar background pendidikan tentunya sangat menarik. Tetapi, sekali lagi, terima kasih buat Mr. Branco yang telah memberikan golden tips.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H