Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kontribusi Positif Warga Pulau Jeju Terhadap International Day of Clean Air for Blue Skies

8 September 2024   12:08 Diperbarui: 8 September 2024   14:56 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

International Day of Clean Air for Blue Skies diperingati setiap tanggal 7 September. Salah satu hari istimewa tentang pelestarian lingkungan ini ditetapkan pada tanggal 26 November 2019 oleh Majelis Umum PBB lewat sebuah resolusi Komite Kedua Sidang Umum PBB ke-74. 

Sejumlah alasan menyertai penetapan tanggal 7 September sebagai International Day of Clean Air for Blue Skies, yakni:

  • Meningkatnya kesadaran global akan pentingnya udara bersih dan dampak buruk polusi udara terhadap kesadaran manusia dan lingkungan.
  • Menjadi momentum untuk mendorong upaya lebih lanjut dalam meningkatkan kualitas udara di seluruh dunia.
  • Menunjukkan adanya hubungan erat antara kualitas udara dengan tantangan lingkungan dan pembangunan lainnya, seperti perubahan iklim.

Adapun tujuan dari penetapan 7 September sebagai International Day of Clean Air for Blue Skies, antara lain:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat di semua tingkatan tentang pentingnya udara bersih.
  • Mendorong dan memfasilitasi tindakan untuk meningkatkan kualitas udara dan mengurangi polusi udara.
  • Melindungi kesehatan manusia dari dampk buruk polusi udara.
  • Melestarikan lingkungan dan menciptakan ekosistem yang sehat.

Pepohonan di Sammu Park, kota Jeju. Sumber: dok.pribadi.
Pepohonan di Sammu Park, kota Jeju. Sumber: dok.pribadi.

Terkait dengan International Day of Clean Air for Blue Skies ini, maka setiap individu dapat berkontribusi dan terlibat dalam menjaga kualitas udara dengan cara:

  • Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, yakni lebih sering menggunakan moda transportasi umum, bersepeda atau berjalan kaki.
  • Menghemat energi, misalnya dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan serta memanfaatkan peralatan yang hemat energi.
  • Mendukung energi bersih melalui penggunaan energi terbarukan seperti pemakaian tenaga surya dan tenaga angin.
  • Mengurangi produksi sampah dan melakukan daur ulang.
  • Menanam pohon untuk membantu menyerap polutan udara.

Kolaborasi dan kerja sama adalah kata kunci untuk mewujudkan upaya mulia ini. Semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi terkait hingga tingkatan terkecil di dalam masyarakat sangat dibutuhkan agar tercipta sistem kontrol yang berkesinambungan terhadap pengambilan dan implementasi setiap kebijakan, terutama kebijakan terkait kontribusi terhadap upaya menjaga kualitas udara.

Praktik Baik Warga Pulau Jeju, Korea Selatan

Dalam upaya mendukung International Day of Clean Air for Blue Skies demi terciptanya kualitas udara yang baik, saya dapat menyimpulkan bahwa warga di Pulau Jeju, khususnya di kota Jeju, Korea Selatan telah melakukan kontribusi positif. Hal ini dapat saya buktikan setelah tinggal satu minggu di kota berpenduduk kurang lebih 670.000 jiwa ini.

Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi

Kendaraan yang melintas di kota Jeju pada umumnya terbagi atas empat jenis, yakni bus, taksi, mobil pribadi, truk dan motor. Namun, kendaraan yang memadati jalanan adalah kendaraan tipe ramah lingkungan. Kendaraan tua dan berbahan bakar solar telah mulai dimusnahkan dan diganti dengan kendaraan listrik dan hybrid.

Tak ada warga Jeju yang menggunakan sepeda motor sebagai kendaraan pribadi untuk beraktifitas. Sepeda motor hanya ditemui sebagai moda pengantar barang dan pesanan makanan. Sehingga sepeda motor ini hanya beberapa saja yang melintas setiap hari. 

Budaya jalan kaki lebih mendominasi aktifitas warga Jeju. Tidak mengherankan jika jalanan kota Jeju akan banyak diwarnai pejalan kaki dari segala usia. Selain jalan kaki, bersepeda adalah alternatif lain warga Jeju. Sepeda banyak tersedia di kota Jeju. Warga bisa memanfaatkannya dengan sistem sewa. Cara sewanya menggunakan e-money.

Menghemat Energi

Meskipun warga Jeju banyak tinggal di apartemen, bukan berarti bahwa mereka selalu hidup di bawah terpaan pendingin ruangan dan cahaya listrik. Setiap hari, jendela-jendela khas apartemen akan terbuka dengan beragam cara agar cahaya dan angin alami bisa masuk ke ruangan. Hal ini juga turut saya lakukan dari Eco de Paris residence.

Tampak depan Eco de Paris Residence dengan konsep ramah lingkungan. Sumber: dok.pribadi.
Tampak depan Eco de Paris Residence dengan konsep ramah lingkungan. Sumber: dok.pribadi.

Disiplin mematikan perangkat elektronik seperti TV dan peralatan lain jika tidak dimanfaatkan sangat melekat pada warga Jeju. Contoh konkrit lainnya adalah tak ada fasilitas TV publik di ruang kerja guru. Ini saya saksikan sendiri di sekolah tempat saya akan mengajar selama 3 bulan di kota Jeju. TV hanya akan memboroskan energi mengingat setiap guru akan disibukkan dengan komputer dan pekerjaannya masing-masing di mejanya sendiri.

Hemat energi ini sangat kental ditemukan di apartemen, hotel, sekolah dan fasilitas publik lainnya. Lampu menggunakan sensor tubuh. Ketika kita lewat di bawahnya, lampu akan menyala sendiri. 

Demikian pun dengan perilaku memanfaatkan toilet kering di kota Jeju. Meskipun hal ini cenderung menyulitkan warga Indonesia, tetapi belajar akan kebiasaan baru ini tentunya berdampak pada penghematan energi. 

Mendukung Energi Bersih

Pemanfaatan energi terbarukan banyak diterapkan di apartemen dan hotel di kota Jeju. Asap mengepul hampir tidak pernah terlihat di langit kota Jeju. Di bidang pertanian, energi bersih pun mereka terapkan dalam pertanian yang tidak menggunakan pestisida dan herbisida. Inilah yang membuat warga Jeju banyak yang memakan mentah langsung sayuran dari kebun-kebun mereka.  

Potret pertanian hemat energi warga Jeju di sekitar bandara internasional Jeju. Sumber: dok.pribadi.
Potret pertanian hemat energi warga Jeju di sekitar bandara internasional Jeju. Sumber: dok.pribadi.

Demikian pula dengan sistem energi di apartemen dan hotel. Rata-rata sudah berstatus eco residence atau hunian ramah lingkungan.

Mengurangi Sampah

Warga kota Jeju sangat disiplin dalam aktifitas terkait sampah. Mereka konsisten membuang sampah setiap hari. Sampah rumah tangga dikumpulkan dalam kantong plastik. Kantong plastik khusus sampah ini banyak dijual di toko lokal maupun sekelas Indomaret, seperti Daiso, Martro, 7-Eleven dan Lotte Mart. 

Potret tempat pembuangan sampah di kota Jeju. Sumber: dok.pribadi
Potret tempat pembuangan sampah di kota Jeju. Sumber: dok.pribadi

Sebelum dibuang, sampah telah disortir dan diklasifikasikan menurut jenisnya. Jenis sampah utama yang disortir, yakni botol plastik transparan; kertas, kotak/kardus, koran, buku, karton susu; Benda tidak mudah terbakar; dan Vinyl (bungkus ramen, kantong plastik makanan ringan, plastik, dll). Khusus untuk sampah lain, seperti kaleng besar, elektronik bekas, pakaian bekas, selimut, bantal hingga seprei, disiapkan tempat/kotak khusus di tempat pembuangan sampah. 

Tujuh hari dalam seminggu ditetapkan aturan membuang jenis sampah berbeda setiap harinya. Berikut ini pembagian hari membuang sampah di kota Jeju:

  • Senin: botol plastik transparan
  • Selasa: kertas, kotak/kardus, koran, buku, karton susu dan benda tidak mudah terbakar
  • Rabu: botol plastik transparan
  • Kamis: kertas, kotak/kardus, koran, buku, karton susu dan vinyl (bungkus ramen, kantong plastik makanan ringan, plastik, dll)
  • Jumat: botol plastik transparan
  • Sabtu: kertas, kotak/kardus, koran, buku, karton susu dan vinyl (bungkus ramen, kantong plastik makanan ringan, plastik, dll)
  • Minggu: plastik (botol PET transparan) dan Vinyl (bungkus ramen, kantong plastik makanan ringan, plastik, dll)

Sampah yang tidak memiliki batasan hari adalah sampah sisa makanan. Demi memaksimalkan konsumsi warga akan makanan, maka sampah sisa makanan dikenakan biaya dalam membuang sampah jenis ini. Biaya bervariasi tergantung berat dari sisa makanannya, mulai dari 50 Won hingga 200 Won sekali membuang. Adapun tong sampah makanan sisa ini hanya bisa dibuka dengan menggunakan smart card bernama T-Money. 

Selain disiplin membuang sampah di tempat sampah, cara lain yang diterapkan warga jeju adalah menumpuk sampah yang masih bisa didaur ulang di depan toko atau rumah mereka. Biasanya akan ditemui tumpukan kardus yang nantinya akan diambil oleh mobih bak sampah. 

Memang, masih terdapat sesekali ada warga yang lalai membuang sampah. Biasanya puntung rokok yang banyak ditemui ketika melewati lorong-lorong kota. 

Terkait merokok, warga Jeju dilarang merokok di taman  kota, tempat umum, bus dan di dalam apartemen/residence/hotel. Sehingga bagi para perokok, biasanya berada di luar gedung dan mencari tempat agak tersembunyi di samping mobil, lorong dan samping bangunan. 

Menanam Pohon

Pulau Jeju dikenal memiliki empat musim, yakni musim panas, gugur, dingin dan semi. Tetapi, pepohonan sangat hijau di Pulau Jeju, bahkan di tengah perkotaan. Pohon pinus adalah yang paling mendominasi.

Pintu gerbang sekolah yang asri di Jejuseo Middle School. Sumber: dok.pribadi.
Pintu gerbang sekolah yang asri di Jejuseo Middle School. Sumber: dok.pribadi.

Di sepanjang jalan-jalan kota di Jeju, deretan pepohonan akan banyak ditemui. Demikian pula di halaman fasilitas publik, seperti sekolah dan perkantoran pemerintah.

Upaya membersihkan udara juga diwujudkan dengan banyaknya taman kota sebagai ruang terbuka hijau. Ribuan gedung pencakar langit berupa apartemen/residence dan hotel yang menghiasi kota Jeju disejukkan dengan banyaknya pepohonan dan tersedianya taman-taman yang luas dengan pepohonan rindang di setiap kompleks apartemen.

Pepohonan muda yang ditanam di antara pohon pinus di Sammu Park. Sumber: dok.pribadi.
Pepohonan muda yang ditanam di antara pohon pinus di Sammu Park. Sumber: dok.pribadi.

Sampai saat ini, pemerintah setempat masih aktif menanam dan memelihara pohon. Seperti yang saya jumpai di sejumlah sisi trotoar jalan dan di taman dekat apartemen tempat saya tinggal. Sammu Park yang menjadi salah satu ruang terbuka hijau dengan fasilitas lengkap mendukung aktifitas olahraga warga setempat ditumbuhi ratusan pohon pinus dewasa. Di sela-sela pohon pinus juga mulai ditanam pepohonan lain. Pohon-pohon yang masih berusia muda dilindungi dengan tiang pancang melingkar melindungi batang agar tetap kokoh dan tidak roboh.

Oleh karena hijau, bersih, sejuk dan sangat alamiahnya taman-taman kota di Jeju sehingga suara jangkrik dan sederet serangga malam akan melantunkan paduan suaranya setiap malam. Demikian pun dengan beragam siulan burung-burung di pagi hari. Mereka terlihat nyaman bermukim di taman kota.

Kepedulian dan cinta akan lingkungan adalah modal dasar warga pulau Jeju dan Korea Selatan secara umum dalam mendukung terciptanya udara yang bersih dan berkualitas. 

Sejauh ini, setiap hari saya berjalan kaki berkilo-kilo meter, tetapi belum pernah saya merasa sesak bernafas. Hal ini ditopang oleh baiknya kualitas udara. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun