Jalan kaki membuang sampah pergi dan pulang pada akhirnya memberikan aktifitas fisik yang bermanfaat bagi tubuh saya. Total jarak yang saya tempuh untuk pergi dan pulang mencapai 500 meter.Â
Bahkan, jarak ini selalu bertambah mengingat sekali keluar membuang sampah, saya tergoda untuk berjalan-jalan lagi menikmati keindahan kota Jeju di malam hari. Sehingga, rata-rata, saya menempuh jarak hingga lebih 4 kilometer setiap malam usai membuang sampah.
Dari perjalanan tersebut, beberapa kali saya menjumpai tempat pembuangan sampahndi kota Jeju. Tempatnya terang-benderang dan memudahkan warga untuk membuang sampah.
Pada satu kesempatan, saya menemukan beberapa tong sampah yang diperuntukkan buat sampah pakaian, selimut, kasur, bantal dan sepatu bekas. Ada pula kotak khusus buat kaleng dan peralatan elektronik. Barang-barang yang dibuang rata-rata masih dalam kondisi sangat bagus.Â
Mungkinkah ini yang menjadi cikal bakal kehadiran barang-barang second dan pakaian bekas di Indonesia? Seperti yang banyak saya jumpai di daerah saya, pakaian dan selimut buatan Korsa telah menjadi trending di pasar lokal dengan istilah pakaian cakar (cap karung)
Entahlah, saya berpikir positif menikmati kondisi kehidupan di kota Jeju yang memadukan teknologi, digitalisasi, budaya dan kearifal lokalnya.Â
Jadi, jalan kaki untuk kesehatan tubuh dan disiplin buang sampah untuk kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H