K-Pop atau lagu Korea sudah sangat populer bagi pelajar Indonesia. Bahkan mungkin di berbagai belahan dunia. Pelajar-pelajar tanah air bahkan sudah menghafal lirik dan gerakan penyanyi K-Pop.Â
Jika K-Pop baru bisa ditemukan di YouTube atau platform lain untuk menikmatinya, maka sangat berbeda ketika langsung berada id daratan Korea Selatan.
Tinggal di Jeju, tak perlu repot mencari K-Pop apalagi membeli albumnya. Lagu-lagu bergenre perpaduan hip hop dan rock ala K-Pop bisa didengarkan secara gratis di Kota Jeju. Seperti apa ceritanya?Â
Tepat pukul 08:00 pagi meninggalkan saya halaman apartemen. Setelah berjalan kaki sejauh 900 meter dan melintasi 3 lampu merah menuju ke Jejuseo Middle School, saya tiba di sekolah 15 menit kemudian.
Saya tidak langsung ke Teacher's Office 2. Telah menjadi kebiasaan setiap kali tiba di sekolah dalam 5 hari bertugas di Jejuseo Middle School, yakni berdiri bersama kepala sekolah, beberapa guru dan sejumlah siswa menyambut kedatangan guru dan siswa.
Ada alunan lagu K-Pop yang gembira menyambut saya dan semua yang datang ke sekolah. Menurut saya, ini adalah sebuah sentuhan yang sangat baik bagi siswa. Mereka disambut dengan riang gembira setiap pagi.
Satu hal yang unik, berdiri menyambut siswa di lorong gerbang sekolah yang asri akan terasa menyenangkan dan bahkan membuat badan bergoyang. Ya, pagi ini saya kembali menikmati K-Pop. Alunan musiknya fun, meskipun saya sendiri tidak tahu apa arti setiap liriknya.Â
Lorong pedestrian di gerbang sekolah makin nyaman karena pepohonan yang rindang. Pohon pinus khas Pulau Jeju dan Korea Selatan akan menghijaukan setiap hati yang lewat di bawahnya.
K-Pop terus menghibur siswa dan guru hingga pukul 08:30. Pada jam ini pula, saya pamit untuk melanjutkan perjalanan ke lantai 4 bangunan sekolah di mana ruang kerja saya berada.
Sejauh ini, saya menyimpulkan bahwa kepala sekolah, Mr. K Moon Sik mampu membuat sebuah terobosan sederhana yang menyenangkan. Tentunya, ini adalah sebauh pendekatan sederhana yang unik tetapi berdampak.
Sejauh pengalaman 5 hari lewat pandangan langsung, tidak ada siswa dan guru yang datang terlambat setiap hari. Paling lambat sekali, pukul 08:30 para siswa datang ke sekolah. Setelah jam tersebut, sudah tidak ada siswa maupun guru yang datang. Semua sudah ada dalam lingkungan sekolah yang tidak memiliki pagar penutup di pintu gerbang.
Keunikan lain pendidikan di Jejuseo Middle school adalah tidak ada pagar di pintu gerbang sekolah. Hanya ada dua batu besar pada kedua sisi bertuliskan nama sekolah dalam bahasa Korea dan bahasa Inggris. Jalur masuk sekolah dipisahkan menjadi dua, jalur hijau untuk pejalan kaki dan jalur coklat kemerahan untuk kendaraan.
Siswa tidak diperkenankan mengendarai kendaraan sendiri ke sekolah, kecuali sepeda. Hal inilah yang membuat siswa di sini kuat secara fisik karena dominan jalan kaki. Selebihnya, sejumlah siswa diantar oleh orang tua mereka naik mobil atau mereka naik bus.
Tradisi menyambut siswa di gerbang sekolah lambat laun membentuk karakter positif siswa di Jejuseo Middle School. Secara tidak langsung ribuan siswa akan mengenali guru-guru mereka yang juga jumlahnya cukup banyak, lebih 100 orang guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H