Hari pertama masuk kerja di tempat yang baru biasanya memberikan kesan tersendiri. Kali ini cerita perjalanan saya di kota Jeju, Korea Selatan masih akan membahas seputar rute perjalanan menjelajahi beberapa tempat penting.Â
Maksud dari perlunya saya mengenali lokasi tempat penting ini bukan kantor pemerintahan atau tempat-tempat wisata terbaik. Melainkan sejumlah tempat penting untuk berbelanja kebutuhan pokok dan kebutuhan harian selama berdomisili di kota Jeju. Termasuk di dalamnya kami menjelajahi kota Jeju untuk mengetahui di mana terdapat gereja dan masjid terdekat.Â
Khusus untuk gereja, di sekitar apartemen kami terdapat beberapa gereja lokal Korea Selatan dari berbagai denominasi. Hanya saja tidak ada pelayanan ibadah berbahasa Inggris. Semuanya masih menggunakan bahasa Korea. Demikian pun masjid yang akan digunakan tekan saya, bapak M. Jufrianto. Jaraknua cukup jauh. Harus ganti bus beberapa kali.Â
Seusai berkeliling Jejuseo Middle School, kami melanjutkan petualangan menuju Jeju City 5 Day Traditional Market. Tanggal 2 September adalah hari pasar. 5 day market ini buka setiap tanggal 2, 7, 12, 17, 22 dan 27 setiap bulan. Jaraknya hanya beberapa ratus meter dari sekolah. Pasar ini pun sangat dekat dengan lokasi lepas landas bandara internasional Jeju.Â
Sekitar 5 menit jalan kaki bersama puluhan warga lokal, kami tiba di pasar. Kami langsung saja mengeksplorasi pasar. Ya, mirip dengan pasar lokal di Indonesia. Banyak pilihan belanja, mulai dari sembako, pakaian, tanaman, peralatan rumah tangga, dll.Â
Selanjutnya, kami menyusuri jalanan kota Jeju menuju e-Mart dan Lotte Mart di pusat kota. Grand Hyatt Hotel yang merupakan gedung tertinggi di kota Jeju menjadi petunjuk arah tradisional kami. E-Mart dan Lotte Mart berada di belakang hotel berbintang lima tersebut.Â
Di sepanjang rute baru yang kami lalui, banyak dipenuhi oleh restoran khas Korea Selatan. Terdapat pula kompleks elementary school yang megah. Saya tidak sempat memotret papan nama sekolah mengingat privasi ketika ada wajah warga Korea di sekitarnya. Halamannya di lengkapi lapangan sepak bola standar.Â
Tak terasa perjalanan, kami tiba di depan Grand Hyatt. Beberapa foto kami ambil. Setelahnya menuju e-Mart. Oleh karena waktu sudah mulai petang, kami langsung saja ke Lotte Mart. Kami berniat membeli setrika, pakaian dan jam tangan buat pak Jufrianto.Â
O ya, di depan Lotte Mart terdapat Kantor Korea Pos. Wah, ini pertanda baik karena di kantor pos inilah kami bisa mencairlan tunjangan hidup selama berasa di kota Jeju. Sekali berlayar, dua tiga pulau terlampaui. Kira-kira demikian.Â
Usai berkeliling sejam di Lotte Mart, kami kembali ke apartemen. Pukul 18:00 kami akan mencoba bus lokal. Melihat aplikasi Naver Map, bus yang akan menuju lokasi penginapan di Sammu Park akan tiba pukul 18:45. Sementara jika berjalan kaki, ditempuh dalam 23 menit.Â
Kami putuskan jalan kaki pulang. Belanjaan kami tenteng.
Saya juga mulai terbiasa membawa tas belanja setiap hari. Jika ingin belanja di Korea Selatan, wajib tersedia tas belanja. Tak ada plastik gratis seperti di Indonesia. Jika tidak menyediakan tas belanja, maka wajib membeli jika barang belanjaan banyak.Â
Saya percaya diri saja menenteng barang belanjaan menyusuri jalanan utama kota Jeju dari Lotte Mart menuju Grand Hyatt, Halla General Hospital, Lotte City Hotel Jeju, lalu mengambil jalan pintas di toko Olive Young menuju Sammu-ro hingga bertemu kembali dengan toko Olive Young di jalan Singwang-ro menuju apartemen Eco de Paris.
Pilihan berjalan kaki menyusuri kota Jeju ternyata membuat kami masih lebih cepat dari bus untuk tiba di sekitar Sammu Park.
Perjalanan kali ini melahap 12.128 langkah dengan jarak hampir 10 km. Data ini sesuai dengan laporan di smartphone. Saya mulai terbiasa mengecek aplikasi pintar di HP untuk mengetahui sejauh mana saya telah berjalan kaki.
Ternyata, menjelajahi kota Jeju benar-benar memberikan pengalaman berharga. Belajar disiplin menyeberang, terutama membiasakan jalan kaki layaknya warga Korea Selatan di kota Jeju.Â
Pejalan kaki dan pengendara sepeda sangat dihargai di kota Jeju. Jika kita akan menyeberang pada crosswalk yang tidak memiliki lampu indikator, pengendara mobil akan berhenti mempersilahkan kita lewat.
Luar biasa, bagaimana warga Jeju memperlakukan pejalan kaki. Meskipun kita sama-sama mengurus kegiatan masing-masing, tetapi terkait kedisiplinan dan kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas, mereka konsisten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H