Artinya, tidak ada paksaan untuk membiasakan jalan kaki. Dorongan positif dalam diri untuk jalan kaki inilah yang membuat aktifitas harian tidak melelahkan.
Kini, meskipun terbiasa pula makan besar kuliner Korea Selatan, akan tetapi lemak yang masuk dalam tubuh langsung dinormalkan dengan tingginya intensitas jalan kaki ini. Semua jenis makanan yang ada saat ini sepertinya nyaman dikonsumsi.Â
Satu hal positifnya lagi adalah saya memiliki tidur yang nyenyak. Walaupun lewat tengah malam baru bisa tidur, tetapi tidur 2-4 jam sangat pulas.Â
Lalu, ke mana  saja  saya selama hari ketiga di kota Jeju, sehingga bisa berjalan kaki lebih dari 10 km dan sukses melakukan puluhan ribu langkah?Â
Saya bersama rekan kerja, M. Jufrianto kembali mencoba rute menuju ke sekolah penempatan kami selama menjalani program pertukaran guru. Mengingat taksi atau bus sudah memiliki rutenya sendiri dengan jalan memutar di kota, maka opsi jalan kaki adalah yang terbaik.
Seperti diketahui pula bahwa jalan kaki ini adalah budaya warga Korea Selatan dalam beraktifitas, termasuk ke tempat kerja. Sehingga, kami pun wajib membiasakan jalan kaki ini ke sekolah.Â
Memulai perjalanan menyusuri jalanan dari apartemen Eco de Paris, kami mencoba rute tercepat langsung ke pertigaan hotel Sirius selanjutnya menuju jalan protokol kota Jeju. Jalan utama ini langsung bersebelahan dengan host school kami, yakni Jejuseo Middle School.Â
Sesuai informasi dari kepala sekolah dan mentor teacher, butuh waktu sekitar 20-25 menit jalan kaki dari apartemen ke sekolah. Sebelum mengunjungi sekolah, kami mengecek pula tempat alternatif berbelanja kebutuhan harian.
Selain Daiso yang menyediakan barang murah terjangkau, kami juga mencoba masuk ke pusat perbelanjaan sembako murah bernama Martro.Â
Lokasinya sekitar 200 meter sebelum lokasi sekolah tujuan. Ternyata Martro ini bisa menjadi solusi tepat pemenuhan kebutuhan harian kami. Kami singgah pula sejenak di toko yang menyediakan Jeju Local Food. Letaknya sekitar 20 meter sebelum pintu gerbang sekolah.