Salah satu keunikan lain kota Jeju adalah jumlah sepeda motor yang sangat minim. Kontras dengan negara di kawasan ASEAN yang jalanannya banyak didominasi oleh sepeda motor.
Di kota Jeju, hanya sesekali saya menjumpai sepeda motor. Dapat saya simpulkan bahwa motor di kota Jeju paling umum digunakan sebagai angkutan pengiriman barang. Cara kerjanya seperti Gojek dan Grab di Indonesia.
Di depan toko atau restoran, barulah tampak sejumlah sepeda motor jenis NMAX dan PCX terparkir. Motor yang masuk kategori mewah di Indonesia inilah yang banyak lalu-lalang di jalanan kota Jeju. Sekali juga saya mendapati sepeda motor mewah produksi Ferrari dijadikan sebagai angkutan Gojek. Wah... luar biasa.
Sungai seringkali menjadi tempat pembuangan sampah warga. Segala jenis limbah biasanya teronggok tak beraturan di permukaan dan bantaran sungai. Namun, di kota Jeju, sungai sepertinya hidup nyaman layaknya manusia. Sungai justru sangat asri. Bebas sampah.Â
Saat menjelajahi jalanan kota Jeju, dua kali saya melintasi jembatan kota. Di bawahnya ada sungai kering tak berair. Luar biasanya, tak ada satu pun sampah yang terlihat. Hanya bebatuan, rerumputan dan semak belukar yang seolah tumbuh dengan nyaman tanpa gangguan sampah.
Benar-benar pengalaman hidup yang tak ternilai. Meskipun warga kota Jeju telah hidup dengan dukungan teknologi canggih dan seperti hidup dengan gaya soliter, sibuk dengan urusan masing-masing, tetapi mereka menerapkan kedisiplinan tinggi dalam beraktivitas dan merawat lingkungan.
Konsep hidup eco friendly sangat ditunjukkan oleh warga Pulau Jeju dan Korea Selatan pada umumnya.Â
Selamat pagi.
Kota Jeju, Korea Selatan, 01 September 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H