Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pelajaran Berharga Menjelajahi Kota Jeju, Korea Selatan

1 September 2024   07:35 Diperbarui: 1 September 2024   21:36 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu penyeberangan orang di kota Jeju. Sumber: dok.pribadi.

Korea Selatan dikenal dengan kedisiplinan tinggi dari warganya. Di luar dari desas-desus kondisi dan fakta lain yang bernada negatif tentang kehidupan warga Korea Selatan, saya lebih fokus pada sejumlah pengalaman berharga tentang budaya hidup di sini.

Tanggal 1 September 2024 adalah hari ketiga kehadiran saya di Pulau Jeju, tepatnya kota Jeju. Selama kurang lebih 3 bulan ke depan saya akan merasakan suasana hidup di kota Jeju dalam rangka pertukaran guru Indonesia-Korea yang diprakarsai oleh APCEIU (Asia-Pacific Centre of Education for International Understanding) -UNESCO.

Pengalaman pertama yang paling berharga adalah budaya jalan kaki. Hampir setiap aktivitas saya bersama bapak M. Jufrianto dari Kabupaten Takalar dilakukan dengan jalan kaki.

Budaya jalan kaki sudah melekat dalam mendukung mobilitas warga kota Jeju. Pada hari pertama di kota Jeju, kami sudah beraktifitas jalan kaki lebih 2 kilo meter. Lalu pada hari kedua, kami jalan kaki lebih 10 kilo meter. Sebuah kebiasaan yang jarang kami lakukan di Indonesia.

Aktivitas jalan kaki ini pun telah banyak memberikan pengalaman berharga akan pentingnya disiplin berjalan kaki dan tidak sembarangan menyebrang. 

Kesimpulan awal saya mengapa jalan kaki ribuan langkah tidak membuat lelah di sini. Salah satu pemicunya adalah banyaknya crosswalk yang menjadi perhentian sejenak. Lalu, jalan kaki telah menjadi budaya di sini, sehingga tidak ada beban sama sekali bagi kami ketika berjalan kaki. Tak ada rasa canggung.

Nah, tubuh warga di kota Jeju atletis. Mereka sehat dan tidak kegemukan meskipun makanan sehari-hari juga cukup banyak dan mengandung protein hewani. Jalan kaki sedikit banyak menjadi aktivitas pembakaran lemak. 

Besar harapan saya, saat kembali ke Indonesia di akhir November, badan saya bisa mendapatkan dampak positif dari kebiasaan jalan kaki ini. Selain itu, tentunya ditopang oleh menjaga pola makan.

 Crosswalk di pusat kota Jeju. Sumber: dok.pribadi
 Crosswalk di pusat kota Jeju. Sumber: dok.pribadi

Aturan tentang jalan kaki di kota Jeju dan di seluruh wilayah Korea Selatan sama. Penerapannya sama pula dengan aturan pada kendaraan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun