Aktifitas jalan kaki seringkali diabaikan. Namun, di Korea Selatan, jalan kaki adalah sebuah kewajiban yang berlangsung setiap hari bagi setiap warganya.Â
Bagi saya pribadi, sebelum tiba di Seoul, jalan kaki sudah jarang saya lakukan sebagai aktifitas rutin untuk waktu yang lama dan jarak yang jauh. Jalan kaki di negeri sendiri sebatas jogging tiap pagi, kegiatan sosial di perkampungan atau karena medan jalan yang membutuhkan jalan kaki.
Selama ini,jrang sekali saya bisa berjalan kaki lebih dari 2 km dalam sehari untuk sebuah aktifitas rutin. Jarak dari rumah ke sekolah sejauh 600 meter pun selama ini langsungÂ
Dan, akhirnya rekor pribadi jalan kaki pecah di Seoul. Pada hari keempat menjalankan kegiatan dari APCEIU-UNESCO, saya berhasil melangkah lebih 10.000 jejak kaki di kota Seoul.Â
Hasil perhitungan pada aplikasi smartphone menunjukkan data bahwa saya telah berjalan hampir 11 ribu langkah dengan total jarak tempuh 8 kilometer lebih.
Padahal saya sama sekali tidak merasakan capek. Barangkali ini adalah buah dari melibatkan diri dalam sebuah budaya di negara yang menjadikan jalan kaki sebagai kebiasaan.
Jalan kaki di antara ramai dan padatnya hiruk pikuk warga Seoul telah memberikan pelajaran tak ternilai akan pentingnya berjalan kaki.Â
Memang, kendaraan berupa mobil tiada henti melintasi jalan protokol kota Seoul. Tetapi tak ada antrian karena kemacetan kendaraan. Antrian terlihat hanya di lampu merah saat bus mengambil penumpang dan lampu indikator memberikan waktu bagi pejalan kaki untuk menyebrang.
Tak ada pula asap kendaraan yang merusak penciuman. Mungkin ini pula yang membuat saya dan rombongan guru-guru dari Malaysia dan Thailand sangat menikmati perjalanan mempelajari seluk-beluk kota Seoul dengan berjalan kaki.
Untuk mencapai rekor lebih dari 10.000 langkah ini, kegiatan jalan kaki kami mulai Deoksugung Palace. Di kompleks museum budaya Korea Selatan ini, saya menempuh hampir 3 km untuk menjelajahi kompleks.