Rabu pagi (28/8/2024) dari kota Seoul, Korea Selatan, aktifitas hari ini diawali dengan jalan kaki. Kok tidak naik taksi atau bus?Â
Kami sedang belajar untuk menikmati suasana dan budaya warga Korea Selatan. Jalan kaki bukanlah pemandangan aneh di daratan Korea. Meskipun sudah menjadi salah satu negara maju dengan penerapan teknologi tinggi, tetapi untuk sehat dan menjaga mobilitas, jalan kaki bukanlah pilihan. Jalan kaki adalah wajib bagi semua warga Korea Selatan.
Beranjak dari halaman Hotel Ramada yang luas, lapang, sejuk dan bersih, tour jalan kaki kami dimulai. Tujuan kami adalah kantor APCEIU-UNESCO. Kali ini kami melewati rute baru.Â
Kami ber-14, Roma (saya), Fitra, Anief, Wiwik, Riz Aprisal, Sri Megarini, Farmin, Ihdzar Azizi, Ivan Rahas, Daeng Jufrianto, Kaliktus, Swarles, Anthony Pajar dan Andi Mahardani; bersama dengan ibu Siti Ubaidah, bapak Asri Pulungan dan ibu Esti Widiastuty dari Kemdikbudristek; bapak Tarma (Dosen Universitas Negeri Jakarta serta Ms Danielle (APCEIU-UNESCO) selaku PIC kontingen Indonesia; sangat menikmati perjalanan via jalan kaki pagi ini.
Dari setiap zebra cross yang dilewati selalu menyajikan pengalaman pribadi. Ada tenda buat berteduh menyerupai gazebo di setiap penyebrangan & lampu merah. Pada satu titik penyebrangan, ada sepasang lansia dengan bendera kuning mengarahkan setiap orang yang akan melintas untuk menyebrang.Â
Kode penyebrangan bagi pejalan kaki ditandai dengan lampu hijau (gambar pejalan kaki) dan lampu merah untuk menunggu. Lampu di pijakan kaki yang melengkung meyerupai garis juga memberikan kode lampu hijau/merah untuk menyebrang atau berhenti.Â
Berjalan kaki di setiap ruas jalan kota Seoul tidak membosankan. Bagi kami yang masuk kategori pendatang sekaligus wisatawan dadakan, semua titik kota Seoul adalah spot menarik yang wajib dilihat dan didokumentasikan.
Ruang terbuka hijau tersedia banyak di kota Seoul. Sepanjang jalan yang memiliki lane pejalan kaki dan sepeda selalu berhiaskan pohon rindang nan hijau. Pepohonan, bunga hingga rerumputan terlihat sangat menikmati indahnya kota Seoul. Mereka tak perlu takut ada tangan-tangan jahil atau tapak-tapak kaki penasaran yang akan melukai pucuk, daun, batang dan akar-akarnya.
Sejuk dan damai berjalan kaki menyusuri rute perjalanan kami sejauh kurang lebih 2 km dari Hotel Ramada menuju kantor pusat APCEIU-UNESCO. Sekali lagi, nyaman dan tak terasa capeknya.Â
Berdasarkan hasil rekapitulasi digital Jovi Home pada perangkat smartphone, saya pribadi telah menempuh 2,76 km dengan langkah kaki sebanyak 3685.
Tak terasa sama sekali. Kami berjalan kaki dengan santai, teratur dan dibarengi dengan canda tawa renyah. Ala bisa karena biasa, demikianlah cerita jalan kaki di salah satu kota dengan kualitas udara yang sangat baik.
Saya sepakat dengan bapak Asri Pulungan yang menemani saya berbicang sambil menikmati jalan kaki bahwa kualitas udara di kota Seoul sangat baik. Jalan kaki hampir 3 km tidak membuat kami ngos-ngosan. Mulai teriknya mentari memanas jalanan dan gedung pencaharian langit kota Seoul ternyata disebutkan oleh pepohonan yang menari indah menyapa kami di sepanjang ruas jalur terbuka hijau.
Mari belajar jalan kaki kepada warga Korea Selatan untuk menunjang peningkatan kualitas hidup. Boleh makan besar dari sebuah big pot, tetapi membiasakan jalan kaki dalam aktifitas sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H