Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cerita Perjalanan: Menikmati Seni Jalan Kaki di Kota Seoul

28 Agustus 2024   05:27 Diperbarui: 28 Agustus 2024   09:28 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beraktifitas di kota Seoul, Korea Selatan sangat kontras dengan kota-kota atau bahkan pedesaan di Indonesia. Perjalanan saya ke Korea dalam rangka mengikuti program pertukaran guru Indonesia-Indonesia (Indonesia-Korea Teacher Exhange 2024) telah memberi banyak pengalaman berharga akan pentingnya jalan kaki. 

Di negeri sendiri, kemacetan sangat mudah dijumpai di mana-mana. Di kota besar hingga kota kecil antrian kendaraan bisa dijumpai dengan mudah. Namun, di kota Seoul antrian karena macet jarang ditemui. 

Iring-iringan kendaraan mengantri hanya ada di lampu merah dan halte bus. Kejadian ini hanya terjadi karena bus tidak pernah saling mendahului untuk menjemput penumpang. Sudah tertata dan teratur sesuai dengan nomor bus di mana nomor bus ini menandakan rute. 

Sebelum ke Korea, sebagian besar aktifitas harian dan pekerjaan dilakukan dengan menggunakan kendaraan. Bahkan untuk sekedar belanja garam di rumah tetangga dengan jarak 50 meter kadang harus berkendara motor.

Lain lubuk lain ikannya. Ungkapan inilah yang tepat untuk mewakili pengalaman berharga saya bersama teman-teman peserta IKTE dari Indonesia. 

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

Secara umum konsep smart city lewat pemakaian transportasi di kota Seoul telah diterapkan di kota Jakarta. Tersedianya transportasi bus kota telah mengajak warga Seoul untuk banyak jalan kaki. Perpindahan dari halte bus satu ke yang lainnya menuntut banyak aktifitas jalan kaki. 

Demikian pula ketika hendak naik kereta api. Kita wajib jalan kaki hingga ratusan meter untuk bisa pindah jalur. 

Dalam perjalanan kami kembali dari kantor APCEIU-UNESCO menuju Hotel Ramada Seoul Sindorim, kami jalan kaki. Dengan jarak kurang lebih 600 meter, aktifitas jalan kaki terasa singkat saja. Seni jalan kaki di kota Seoul ini bagi kami adalah pelajaran berharga saat kembali ke Indonesia. 

Bersama rekan-rekan peserta IKTE 2024 di depan kantor APCEIU-UNESCO, Seoul, Korea Selatan. Sumber: dokumentasi pribadi. 
Bersama rekan-rekan peserta IKTE 2024 di depan kantor APCEIU-UNESCO, Seoul, Korea Selatan. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Jika dikaitkan dengan kuliner Korea Selatan yang juga banyak lemak tetapi perut warganya jarang ada yang buncit dan kegemukan, maka tentunya sangat terkait erat dengan aktifitas jalan kaki setiap hari. Makan banyak dan berlemak tak membuat kegemukan karena dibarengi dengan kebiasaan jalan kaki. 

Berbelanja, ke kantor atau sekedar beraktifitas santai, jalan kaki menempati porsi terbanyak. Tua, muda, laki-laki dan perempuan semuanya menikmati aktifitas dengan berjalan kaki. Bahkan usia lanjut pun masih sangat kuat berbelanja sendiri dan mendorong troli belanjaan membelah perempatan lampu-lampu merah di kota Seoul. 

Selain itu, jarang sekali saya menemukan sepeda motor. Hanya terlihat beberapa saja melintas di kota Seoul, yakni sekelas angkutan Go-jek di tanah air. 

Kedisiplinan warga dan penerapan kebijakan pemerintah Korea Selatan sangat terkait erat dengan budaya jalan kaki. Tak ada rasa canggung selama jalan kaki di Seoul sambil menenteng barang belanjaan dan membawa payung. 

Semua terlihat nyaman berjalan kaki. Sebuah seni menjalani hidup sehat yang wajib dicontoh oleh warga negara saya demi menghindari kegemukan, kemacetan dan memelihara terpiharanya udara dari polusi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun