Jalan raya dibangun pemerintah dengan salah salah satu tujuan sederhananya agar mobilitas warga terjamin. Kehadiran jalan raya yang semakin lebar tentunya makin mendukung kelancaran transportasi.Â
Seiring perkembangan dan masifnya peningkatan volume kendaraan, maka pemerintah pun mulai membangun dan menerapkan kebijakan satu arah pada area tertentu. Kebijakan ini banyak terjadi di ruas jalan negara dan jalan utama perkotaan.
Kebijakan jalan satu arah ini sebenarnya sangat membantu teraturnya arus lalu lintas. Memang harus diakui bahwa kadang kala pula, jalan satu arah justru memperpanjang rute. Hal ini terjadi karena pengendara harus memutar melewati ruas jalan tertentu.Â
Padahal, jika jarak diukur, lebih cepat tiba di tujuan jika melawan arus. Sehingga, di banyak tempat, justru banyak warga yang memanfaatkan situasi dengan mencoba melawan arus demi memangkas jarak dan waktu.
Kondisi ini pun banyak dijumpai di berbagai titik jalan di kota Makassar. Pemandangan para pengendara yang melawan arus paling banyak di sekitar jalan Perintis Kemerdekaan, khususnya di area pintu masuk kampus Universitas Hasanuddin.Â
Selain itu, pelanggar melawan arus hampir tiap menit ada di ruas jalan samping tol Sutami ke pertigaan Badokka hingga Tallasa City. Para pengendara motor seperti tak peduli keselamatan berkendara.Â
Kelakuan melawan arus ini bahkan berkontribusi pula atas terjadinya kemacetan tambahan. Teguran lewat teriakan dan bunyi klakson panjang sebagai tanda periingatan kepada para pelanggar seperti dianggap angin lalu saja.
Saya menyaksikan sendiri bagaimana kelakuan nekat para pengendara sepeda motor yang melawan arus di depan pintu 1 kampus Unhas. Mereka seperti tiada putusnya beriringan melawan arus. Bahkan, ada pula yang berprofesi sebagai driver golek.
Menurut informasi dari sopir grab yang saya tumpangi, dalam beberapa minggu terakhir, terjadi beberapa kali kejadian kecelakaan yang membawa korban jiwa akibat pengendara motor yang melawan arus.Â
Ia berujar bahwa sejak ditiadakannya tilang di tempat, warga seperti tidak peduli dengan keselamatan lagi. Ditegur polisi dan telah diedukasi, tetapi tetap melanggar.
Selama ini ada seorang polisi yang juga viral dengan tagline "Kembali ke jalan yang benar" yang biasa mengontrol dan memperingatkan para pelanggar. Hanya saja, mereka seperti tidak kapok. Pak polisi pindah lokasi memantau, pelanggar mengulangi lagi. Begitu terus setiap hari. Aksi kucing-kucingan antara petugas kepolisian dan pengendara motor.
Keselamatan warga kini banyak terancam juga akibat ulah mereka yang selalu melawan arus lalu lintas. Korban berjatuhan, komentar paling dekat, salahnya polisi tidak ada di lokasi dan tidak menilang.
Lalu, ketika kena tilang, warga melawan dengan alasan pungli. Wah, memang ribet juga. Ya, kembali ke kesadaran masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H