Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Campur Sari Mesin Cuci Top Loading dan Front Loading Manual

17 Agustus 2024   15:49 Diperbarui: 17 Agustus 2024   20:44 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lebih 10 tahun ada mesin cuci di rumah. Oleh karena tinggal di daerah, maka model mesin cuci yang dimiliki tidak muluk-muluk. Yang penting ada mesin cuci untuk membantu meringankan pekerjaan cuci pakaian setiap minggu. 

Ada hal yang unik pula, kadang pembelian mesin cuci terpengaruh oleh iklan diterjen di televisi. Tidak mengherankan bila mesin cuci model, kualitas dan harga standarlah yang paling digemari. Modalnya dalam mesin cuci dengan penutup ada di atas atau yang populer dikenal dengan top loading.

Mesin cuci top loading lebih cocok bagi kami di kampung. Biasanya mesin cuci diletakkan di depan kamar mandi dalam rumah, di samping kamar mandi yang ada di luar rumah atau di bawah kolong rumah panggung.

Alasan memilih mesin cuci top loading adalah karena memang itulah mesin cuci yang dianggap merakyat. Dari sisi pemakaian lebih mudah. Apalagi mesin cuci tidak melulu digunakan saat mencuci pakaian.

Beberapa minggu di awal sejak memiliki mesin cuci top loading, semua proses mencuci seperti normal saja. Lalu suatu waktu saya menemukan kemeja putih saya terlepas kancing dan ada bekas seperti dipaksa mengerucut.

Cek per cek ternyata kancing lepas dan kain mengerucut akibat perputaran dalam mesin cuci. Dua pakaian kemeja kerja telah rusak di bagian kerah seperti habis terseret kendaraan. Saya masih penasaran kenapa bisa demikian hingga saat ini.

Beranjak dari kejadian itu, saya dan istri mulai kembali ke mencuci manual pakai tangan. Apalagi air sumur bor di rumah melimpah. 

Kembalilah kami pada kebiasaan lama dan manual. Mencuci pakaian di depan bak mandi yang saya istilahkan front loading. Pakaian kotor bisa dikontrol dengan baik, terutama noda membandel. 

Kami hanya menggunakan mesin cuci untuk memeras pakaian (spin). Ini pun sesekali masih merusak pakaian. Selain melibas paksa kemeja tetapi juga merusak salon kaos.

Maka selanjutnya, semua pakaian dinas kerja dan kaos bersablon khusus tidak pernah kami masukkan ke mesin cuci lagi. Kami menikmati mencuci pakaian secara manual.

Malah makin meriah lagi karena kami borongi mencuci pakaian di akhir pekan bersama anak-anak. Dengan mencuci pakaian secara manual, secara tidak langsung kami merawat pakaian kami. Di samping itu kami turut  berolahraga.

Satu pelajaran penting sebelum menggunakan mesin cuci adalah sebaiknya ketika membeli pakaian atau celana, ada baiknya membaca petunjuk perawatan dan pencuciannya. Banyak jenis baju kaos dan jeans yang tidak layak masuk mesin cuci. Meskipun sekalipun itu hanya memeras (spin).

Kami pernah menggunakan jasa laundry untuk cuci pakaian. Nah, di laundry inilah kami biasa menjumpai mesin cuci front loading. Hanya saja, kami hentikan menggunakan jasa laundry karena aroma parfumnya sangat wangi. Sementara, saya cenderung terganggu dengan wewangian yang aromanya sangat tajam.

Jadi, berdasarkan pengalaman pribadi, penggunaan mesin cuci top loading atau front loading tidak terlalu menjadi prioritas. Kekuatan tangan dan kolaborasi sekeluarga masih cukup menjaga kekuatan mencuci kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun