Kontingen Indonesia berkekuatan 29 atlet di Olimpiade Paris 2024. Mereka akan turun pada beberapa cabang lomba, yakni panahan, menembak, panjat tebing, senam artistik, selancar ombak, angkat besi, dayung, balap sepeda, judo, atletik, renang, dan bulutangkis.Â
Cabang olahraga bulutangkis tetap akan menjadi andalan Merah Putih sebagai penyumbang medali bersama dengan cabor angkat besi. Namun, melihat komposisi atlet bulutangkis yang lolos Olimpiade Paris 2024, terdapat sedikit pesimisme terkait potensi mempertahankan tradisi medali emas.
Tanpa mengesampingkan peluang atlet lain, peluang meraih medali dari cabor bulutangkis bisa datang dari nomor ganda putra, pasangan Fajar Alfian/M. Rian Ardianto; tunggal putra Jonathan Christie dan Anthony Ginting; serta tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung. Hanya saja prestasi mereka yang inkonsisten di sejumlah kejuaraan BWF sebelum Olimpiade memberikan gejala keraguan.Â
Jika tak ada kejutan dari anggota tim bulutangkis lainnya, di pundak merekalah raihan medali bisa diharapkan.Â
Cabang angkat besi juga tetap menjadi salah satu tumpuan perolehan medali Indonesia. Adalah lifter Eko Yuli Irawan yang menjadi tulang punggung di cabor angkat besi.Â
Dengan catatan empat medali Olimpiade, yakni medali perunggu di Olimpiade 2008 dan 2012 dan medali perak di Olimpiade 2016 dan 2020, maka di Paris 2024, sepertinya akan menjadi waktu yang tepat bagi Eko Yuli untuk mendulang medali emas. Lifter asal Metro, lampung ini akan turun di nomor men's 61 kg.Â
Satu lagi cabang olahraga yang berpeluang menggondol medali. Cabor panahan dengan atlet Diananda Choirunisa memiliki potensi meraih medali.Â
Di Olimpiade Paris 2024, terbuka peluang cabor lainnya untuk berprestasi. Salah satu cabor baru andalan adalah panjat tebing.Â
Panjat tebing bisa menjadi harapan baru Indonesia mendulang emas olimpiade. Dengan diperkuat 4 atlet, cabor ini memang menjanjikan.Â
Salah satunya melalui Veddriq Leonardo. Turun di nomor speed, atlet berjuluk spiderman ini lolos Olimpiade Paris dengan sangat meyakinkan. Salah satunya ketika meraih medali emas di kejuaraan International Federation of Sport Climbing (IFSC) di Shanghai, China.Â
Atlet panjat tebing potensil berikutnya adalah Rahmad Adi Mulyono. Dengan bekal medali emas nomor men's speed di IFSC Climbing Asian Qualifier 2023, Rahmad Adi berpeluang besar mencetak sejarah raihan medali emas bagi kontingen Indonesia.Â
Di nomor speed putri, Desak Made Rita Kusuma Dewi. Wanita kelahiran Bali, 26 Januari 2001 ini adalah peraih medali emas di IFSC World Championships, Bern, Swiss tahun 2023. Selain itu, ia juga meraih medali emas Asian Games 2022. Desak Made sendiri dijagokan oleh BBC sebagai salah satu dari 100 wanita yang berpotensi mencetak sejarah di Olimpiade Paris.Â
Lalu, ada Rajiah Sallsabillah yang turut mendulang medali perak pada kejuaraan IFSC di Shanghai serta meraih medali perunggu di Asian Games 2022.
Melihat potensi dari keempat atlet panjat tebing, maka sudah waktunya harapan baru di Olimpiade diberikan. Sejarah baru dari cabor baru di Olimpiade sepertinya akan mengikuti jejak raihan medali emas perdana Indonesia dari cabor bulutangkis di arena Olimpiade Barcelona 1992.
Sebagai pengingat, di Olimpiade Tokyo 2020, kontingen Indonesia meraih 5 medali dengan rincian 1 medali emas, 1 perak dan 3 perunggu.Â
Emas disumbangkan oleh cabor bulutangkis lewat pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriliani Rahayu. Perak cabor angkat besi lewat Eko Yuli Irawan. Dua perunggu angkat besi lewat Windy Cantika dan Rahmat Erwin serta satu perunggu bulutangkis lewat Anthony Ginting.Â
Menarik untuk menunggu kejutan panjat tebing mencetak rekor baru perolehan medali emas Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Selain itu, kita tetap berdoa semoga cabor bulutangkis tetap menjaga tradisi medali emas, dan cabor angkat besi bisa pecah telur di medali emas.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI