Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PPA Bukit Kasih, Sekolah Informal dalam Lingkungan Gereja

19 Juli 2024   05:36 Diperbarui: 28 Juli 2024   12:25 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber pendidikan anak tidak hanya berasal dari sekolah formal. Kini, di tengah masyarakat telah hadir beragam organisasi dan yayasan yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak.

Salah satu lembaga yang telah melayani kurang lebih 10 tahun pendidikan anak di Tana Toraja adalah Compassion. Mengusung slogan "Releasing Children from Poverty in Jesus Name" Compassion membuka kelas pelayanan belajar melalui kemitraan dengan gereja-gereja lokal.

Setiap program yang dijalankan fokus pada penyelesaian masalah anak. Masalah ini bisa disimpulkan sebagai kondisi di mana anak tak bisa memenuhi kesejahteraan hidupnya.

Sasaran utama pesertanya adalah anak-anak usia sekolah, khususnya usia PAUD dan SD yang terdeteksi tidak mampu secara ekonomi, tertinggal dalam gizi, dan terindikasi mengalami stunting. Bahkan, Compassion juga melayani pendampingan bagi ibu hamil hingga bayinya berusia satu tahun.

Mereka yang terjaring program ini, akan mendapatkan pendampingan secara ekonomi, belajar calistung, gizi, kesehatan, pelatihan dan pembelajaran karakter berdasarkan ajaran Kristen.

Compassion memiliki program jangka panjang, yakni menghasilkan satu generasi yang berhasil secara kognitif, karakter dan kesejahteraan ekonomi dalam kurun waktu 22 tahun. Melihat rentang waktu ini, artinya Compassion melakukan pelayanan dan pendampingan kepada setiap anak dari pendidikan dasar hingga tamat kuliah.

Sumber: Agustina Sumalu
Sumber: Agustina Sumalu

Pada awal terbentuknya kelas PPA, belum ada ruang kelas belajar. Puluhan anak belajar dalam ruang gereja atau pastori (rumah pendeta). Selanjutnya, secara bertahap melalui sistem kemitraan dengan gereja setempat, ruang kelas mulai dibangun secara bertahap. Sumber dananya berasal dari persembahan jemaat. 

Ada pula warga jemaat atau donatur yang langsung memberikan kayu, semen, mobiler, dsbnya. Intinya, kebutuhan sarana dan prasarana belajar anak dibangun di atas fondasi gotong-royong dan kepedulian terhadap sesama.

Compassion telah membuka kerja sama dengan 750 gereja di seluruh Indonesia dengan beragam metode dan teknis kemitraan. Khusus di PPA Bukit Kasih Salubarani, Tana Toraja, saat ini sudah terbangun 3 ruang belajar. Bahannya tebuat dari papan pinus dengan atap seng dan lantai semen. 

Peralatan dan dukungan fasilitas belajar boleh dikatakan sangat memadai. Sejumlah perangkat komputer, laptop, keyboard, peralatan olah raga, seni, dan media pembelajaran telah tersedia. Selain ruang belajar, tersedia pula satu ruang kantor di bawah pastori gereja. 

Jika di sekolah formal ada kepala sekolah, maka di PPA ada juga semacam kepala sekolah, bendahara, tutor dan staf. Secara berkala pengelolaan program dan keuangan dipantau dan dipandu langsung oleh seorang fasilitator kabupaten.

Sumber: Agustina Sumalu
Sumber: Agustina Sumalu

Sistem belajar PPA berbeda dengan sekolah formal. Tidak menonjolkan pada pengajaran mata pelajaran. Sesuai dengan tujuan utama PPA, yakni membebaskan anak dari kemiskinan, maka setiap detail kegiatan PPA akan mengarah ke sana.

Ada tiga hari belajar setiap minggunya. Dilakukan setelah siang hari atau selepas anak belajar di sekolah formal. Berlangsung hingga sore hari.

Pada bulan pertama, yang paling diperhatikan adalah gizi anak dan kesehatannya. Pihak PPA menjalin kerja sama dengan puskesmas terdekat atau dokter untuk membantu mendeteksi keadaan gizi dan kesehatan setiap anak.

Pemberian makanan 4 sehat 5 sempurna diberikan setiap hari belajar. Menunya pun berubah-ubah berdasarkan rekomendasi staf gizi. 

Kemudian, tutor dan pendamping akan mendeteksi pula sejak dini kemampuan anak dalam membaca dan berhitung. 

Jika ditemukan ada gejala serius, maka di sinilah peran tutor dan pendamping memberikan layanan khusus setiap hari belajar bahkan hingga pendampingan ke rumah melalui komunikasi dengan orang tua anak.

Untuk gizi dan kesehatan, akan dipantau setiap bulan. Anak akan ditimbang dan diukur tinggi badannya. Selain itu, setiap anak rutin mendapatkan peralatan mandi berupa sabun dan sikat gigi.

Peralatan dan kebutuhan sekolah pun diberikan, berupa tas, sepatu, alat tulis dan baju seragam sekolah untuk mereka gunakan di sekolah formal. Oya, murid PPA juga memiliki seragam formal tersendiri berupa baju kaos dengan tulisan kelas (ID) PPA.

Pendamping PPA menyalurkan bantuan sembako kepada keluarga murid PPA. Sumber: Orfha Olin
Pendamping PPA menyalurkan bantuan sembako kepada keluarga murid PPA. Sumber: Orfha Olin

Perbaikan gizi dan pendampingan baca tulis dipadukan dengan pelatihan kepada setiap anak. Mereka diberikan pilihan keterampilan, seperti menari, keterampilan make-up, bermain musik atau beternak. Pelatih khusus akan didatangkan untuk membekali keterampilan mereka. 

Maksud dari pelajaran tambahan berupa pelatihan ini adalah agar kelak anak bisa mandiri di tengah masyarakat. 

Bukan hanya anak yang mendapatkan manfaat dari Compassion. Orang tua anak pun mendapatkan dampak positif. Penanggung jawab PPA Bukit Kasih juga mengusahakan bibit ternak kepada orang tua. Pakan dan asupan ternak pun ditanggung oleh PPA hingga keluarga yang mendapatkan manfaat sudah bisa mandiri. 

Di samping melaksanakan kegiatan belajar, PPA Bukit Kasih juga melakukan aksi sosial. Secara berkala, tim pendamping menyalurkan bantuan sembako kepada keluarga murid PPA yang dianggap butuh uluran bantuan. 

Ketika masa pandemi Covid-19 dulu, setiap bulan PPA Bukit Kasih mengantarkan bantuan berupa sembako dan peralatan mandi ke setiap rumah murid PPA.

Kegiatan outdoor murid PPA Bukit Kasih. Sumber: Dokumentasi pribadi.
Kegiatan outdoor murid PPA Bukit Kasih. Sumber: Dokumentasi pribadi.

Kegiatan belajar murid PPA tidak hanya berlangsung dalam ruang kelas di lokasi gereja. Secara berkala pula, murid PPA akan mengadakan kelas pembelajaran di luar kelas. Bisa di sekitar gereja, misalnya di lokasi peternakan babi.

Secara berkala pula sesuai program, murid akan belajar outdoor di lokasi objek wisata. Jadi, anak-anak belajar sambil jalan-jalan. Mereka diperkenalkan dengan lingkungan. 

Oleh karena program dan metode belajar mengarahkan anak ke pemberdayaan jangka panjang, murid PPA juga ikut belajar menenun. Beberapa waktu lalu, mereka diajak untuk mengenal dan belajar membuat tenun khas Toraja di Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara. 

Kunjungan ke panti asuhan oleh murid PPA. Sumber: Orfha Olin.
Kunjungan ke panti asuhan oleh murid PPA. Sumber: Orfha Olin.

Anak-anak pun tidak hanya belajar di luar kelas saja. Program belajar pun disusun untuk mengenal orang lain dengan melakukan kegiatan belajar ke panti asuhan.

Di sana murid PPA berbaur dengan anak panti, belajar, berkenalan dan berbagi informasi. 

Semua kegiatan belajar di luar kelas dipadukan dengan ibadah bersama, games menarik dan kegiatan kejutan yang disiapkan oleh tutor dan pendamping.

Penanggung jawab, pendamping dan tutor PPA Bukit Kasih tahun 2024. Sumber: dokumentasi pribadi.
Penanggung jawab, pendamping dan tutor PPA Bukit Kasih tahun 2024. Sumber: dokumentasi pribadi.

Sebuah sekolah Informal PPA dikelola oleh gereja setempat. Pendeta gereja atau seorang majelis gereja menjadi penanggung jawab program. Sementara pendamping 3 orang bisa berasal dari majelis gereja atau warga gereja yang memiliki kepedulian pada pendidikan. Semua majelis gereja setempat bertindak sebagai pengontrol jalannya program pendidikan dan layanan di PPA.

Tutor belajar yang bertindak sebagai guru berasal dari para pengasuh sekolah minggu, warga gereja yang memiliki keahlian khusus mendidik anak dibantu satu guru dari sekolah formal.  

Tak ada syarat khusus apakah S1, S2 atau berpredikat guru profesional dalam mengangkat tutor ini. Semua proses pengangkatan pendamping, tutor, staf gizi dan kesehatan berdasarkan hasil keputusan rapat majelis gereja.

Secara berkala pula, tutor dan pendamping mendapatkan bimbingan teknis dan pelatihan terkait cara mendidik dan membelajarkan anak yang beragam. Setelah diamati metodenya, ternyata mirip dengan metode pelatihan yang ada di lokakarya pendidikan guru penggerak. 

Apakah ada ijazah dalam penamatan murid PPA nantinya? Murid yang ditamatkan nanti akan mendapatkan sertifikat kelulusan. Ya, kira-kira sama dengan sertifikat kursus.

Tantangan besar tentunya selalu mengiringi setiap program, termasuk Compassion, PPA dan gereja mitra. Bisa saja anak telah bebas dari kemiskinan, tetapi masih memiliki keterbatasan dalam karakter Kristus dan kemampuan kognitif.

Harapan besar dari program yang dilaksanakan PPA adalah anak bisa keluar dari kemiskinan, mengalami perubahan asupan gizi, terhindar dari stunting, mandiri, mampu calistung, dan paling penting berkarakter positif dalam lingkup takut akan Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun