Suatu hari, kampus akan melakukan penarikan mahasiswa KKN dari lokasi kami. Seorang tokoh masyarakat bertanya, "Kenapa mahasiswa KKN tidak membuat papan potensi di kantor desa seperti yang selama ini saya lihat. Tidak ada juga pembuatan papan nama jalan dan pintu gerbang?"
Inilah sebagian pertanyaan kecil yang diajukan ke kami. Saat itu, saya merespon dengan mengatakan bahwa tujuan kami di lokasi KKN kali ini selain membantu pemerintah daerah melakukan pendataan, kami mencoba melakukan pendekatan berbeda dengan meninggalkan konsep KKN yang ada selama ini.Â
Ya, kami memang meninggalkan pola lama. Kami justru sepakat untuk melakukan terobosan baru dengan melakukan aktifitas lain selain fokus membuat papan nama jalan dan papan potensi.Â
Salah satu aktifitas kami adalah mencoba meluruskan sebuah kebiasaan turun-temurin yang ada di lokasi KKN. Kebiasaan itu adalah hanya kaum perempuan yang boleh menanam padi di sawah. Peran laki-laki hanya membuka dan membersihkan pematang sawah. Semua aktifitas mencabut benih hingga menanam menjadi tanggung jawab perempuan.Â
Kami pun memberikan contoh konkrit dengan terjun ke sawah milik orang tua pak camat menanam padi. Meskipun pada awalnya kami diberi penyampaian bahwa ada "pemali" jika laki-laki menanam padi, kami berusah memberikan penjelasan secara ilmiah yang kami kaitkan dengan kearifan lokal setempat.Â
Ketika kami masuk sebagai mahasiswa KKN di lokasi, kami mendapati bahwa padi-padi di sana banyak yang rusak oleh hama tikus. Menurut info warga lokal, penyebab utamanya adalah ada aktifitas warga yang bertentangan dengan tradisi lokal.Â
Melihat cara bertani warga setempat yang tidak serentak, ada yang sudah panen, ada yang sementara panen, ada yang baru mulai berisi padinya, ada yang baru mulai menanam dan ada pula yang baru memulai membuka pematang. Kami pun menganjurkan bahwa tingginya serangan hama ke tanaman padi diakibatkan oleh tidak serentaknya warga menanam padi.Â
Ketika tidak serentak menanam padi, maka otomatis terbuka peluang bagi hama padi untuk menyerang sawah tertentu yang padinya siap panen. Jika ditanam serentak, maka hama akan memiliki banyak pilihan. Sehingga ada kemungkinan lebih banyak hasil panen dibandingkan masing-masing menanam sendiri sesuai keinginan.Â
Masukan kami sedikit banyak diterima oleh warga lokal. Memang butuh waktu untuk mendapatkan dampaknya. Saat ini, keindahan perkampungan di lokasi KKN kami adalah ketika padi menguning di hamparan sawah. Pola tanam yang serentak sukses membuat panen meningkat karena minimnya seragam hama. Memang ini ditunjang pula oleh penerapan metode efektif lainnya dari penyuluh pertanian.Â