Setelah memesan nasi uduk, saya juga penasaran dengan nasi gorengnya. Maklum, saya juga pecinta nasi goreng. Seperti biasa, semua orang dari Pulau Jawa yang ada di Toraja, kami panggil mas untuk laki-laki. Koki  sekaligus pemilik bertanya apakah nasi gorengnya pedis. Saya jawab, "Iya, mas."
Sekitar 20 menit menunggu, tiga porsi pesanan saya telah siap. Aroma wangi makanan hangat langsung tercium. Saya tak sabar untuk segera mencoba nasi uduknya.
Membuka bungkusan nasi uduk ayam geprek, aromanya wangi. Seperti perpaduan pandan dan bawang goreng. Mungkin pakai beras pandan wangi. Entahlah. Kesimpulan awal saya, nasi uduk itu wangi dengan taburan bawang goreng. Tanpa pakai lauk pun, nasi uduknya pasti saya habiskan. Benar-benar mengundang selera.
Sensasi pedas ayam gepreknya pun luar biasa. Ini berbeda dengan ayam geprek yang pernah saya makan sebelumnya. Ayam geprek hangat berpadu dengan nasi uduk hangat tiada duanya. Rasanya "Ancaman" kata presenter Bikin Laper, Inces Nabati.Â
Dalam satu porsi nasi uduk ayam geprek, masih ada tambahan beberapa potong kacang panjang rebus, dua potong mentimun dan masing-masing sepotong tahu tempe.Â
Saya berhasil menikmati masakan ala rumahan kota Jakarta karena kehadiran warung makan Nasi Uduk Djakarta di kota Makale, Kabupaten Tana Toraja. Ternyata memang warungnya belum lama beroperasi. Selain itu, warung ini aktif beroperasi di malam hari hingga menjelang subuh.
Selama menunggu pesanan, pemilik warung beberapa kali melayani pesanan. Selain itu, dalam tempo 5 menit, selalu saja ada pembeli. Baik yang makan di warung maupun yang membawa pulang.
Terjawab sudah rasa penasaran saya tentang nasi uduk. Tak perlu ke Jakarta. Sensasi nasi uduk ayam geprek Djakarta yang pedis makin terasa dinikmati di tengah cuaca Toraja yang dingin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H