Ra'bisa atau rabisa yang dikenal luas sebagai labu siam sejak lama telah dikenal sebagai tanaman khas yang hampir ada di setiap pekarangan rumah penduduk Toraja. Labu siam ini adalah tanaman murah meriah dan merakyat, khususnya di Toraja.Â
Murah meriah karena penduduk Toraja tak perlu membeli untuk mengonsumsinya. Sayuran yang merakyat karena mudah didapatkan dan menjadi sarana berbagi bagi sesama.Â
Jenis tanaman yang masuk kelompok sayur labu-labuan (cucurbitaceae) dan memiliki nama Latin, Sechium Edule ini boleh dikatakan sebagai salah satu tanaman endemik Toraja.
Wilayah Toraja yang ada di pegunungan didukung kondisi cuaca yang masih sejuk dan dingin menjadi alasan tumbuh suburnya ra'bisa. Tana Toraja bagian selatan, sekitar kecamatan Gandangbatu Sillanan dan sebagian Makale Selatan adalah dua wilayah dengan produksi labu siam terbesar.Â
Khusus di Gandangbatu Sillanan yang memiliki cuaca dingin dan didominasi bukit batu, ra'bisa tumbuh subur sepanjang tahun. Tak mengenal musim kemarau dan hujan. Sayuran ini tak perlu mendapatkan perlakuan dan perawatan khusus. Di bebatuan dan semak-semak, ra'bisa dapat tumbuh subur tanpa ditanam.Â
Keistimewaan sayuran murah dan merakyat ini adalah tak perlu dipupuk dan disemprot. Intinya, sayuran organik yang sehat.Â
Sayur ra'bisa dikonsumsi warga Toraja sebagai sayur bening, baik buah maupun pucuk daunnya. Terutama warga di perkampungan, istilah masak tiga sayur ra'bisa sangat populer. Air, buah/pucuk daun labu siam dan garam adalah tiga bahan baku utama masak tiga.Â
Selain itu, buah labu siam sesekali pula ditumis dan menjadi campuran kentang dengan campuran parutan kelapa dan cabe.
Pada upacara Rambu Solo', buah ra'bisa banyak dikonsumsi sebagai sayur bening, tumisan dan paling banyak sebagai campuran masakan berbahan dasar daging.
Dalam kehidupan sehari-hari, warga Toraja banyak meyakini bahwa buah labu siam baik dikonsumsi sebagai obat asam urat. Sehingga tidak mengherankan juga, buah labu siam atau ra'bisa dijadikan campuran masakan daging kerbau.
Oleh karena suburnya tanaman yang mana bua dan pucuk daunnya dikonsumsi sebagai sayur, sebagian warga membuatkan kerangka untuk menjalar dari rangkaian bambu. Hal ini bertujuan untuk memudahkan panen buah dan pucuk.Â
Sebagian besar buah labu siam di Gandangbatu Sillanan hanya digunakan sebagai tambahan konsumsi sehari-hari. Kapan waktu berkunjung ke wilayah Toraja yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Enrekang ini, maka sekarung atau lebih buah ra'bisa dijadikan sebagai buah tangan. Masih ditambah pula beberapa ikat pucuk daun muda dan tanaman bawang daun.Â
Jenis labu siam di Gandangbatu Sillanan masih tipe klasik, yakni kulit keras, berdiri, ukuran buah besar dan kulitnya hijau cerah. Sebenarnya sudah ada beberapa jenis labu siam yang dibudidayakan saat ini, hanya saja buah labu siam dengan warna agak ungu gelap dan kulit buah tak berduri tak bisa bertahan lama karena mungkin dipengaruhi topografi lahan dan kondisi cuaca.Â
Berbeda dengan penduduk di kecamatan Alla dan Baroko, kabupaten  Enrekang. Tanaman ra'bisa justru dijadikan sebagai salah satu komoditi ekonomi. Sayuran ini menjadi salah satu jenis sayur yang banyak dijual ke berbagai kota di Indonesia bagian timur.Â
Tanaman labu siam di sana dikelola dengan profesional. Dibuatkan lahan khusus dengan penataan yang rapi sehingga memudahkan panen buah. Bukan lagi menggunakan bambu, tetapi sudah menggunakan rangka baja ringan atau tali tambang plastik sebagai media memjalar tanaman labu siam.Â
Lahan labu siam di kabupaten Enrekang bisa ditemui di jalan trans Sulawesi poros Enrekang-Toraja, khususnya di sepanjang kecamatan Alla. Berton-ton buah labu siam dihasilkan di lokasi ini dan dipasarkan ke kota-kota kabupaten tetangga hingga lintas provinsi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H