Real Madrid berhasil menjuarai Liga Champions Eropa musim 2023-2024 setelah berhasil mengalahkan Borussia Dortmund. Pada Liga final yang digelar di stadion Wembley, London, Inggris pada Minggu dini hari (2/6/2024), Madrid unggul 2-0.Â
Uniknya lagi, dua gol Madrid tercipta hanya dalam tempo sembilan menit. Dani Carvajal membuka gol pada menit ke-74 lewat sundulan kepala. Selanjutnya Vinicius Jr menggandakan keunggulan Madrid pada menit ke-83. Dortmund sempat mencetak gol pada menit ke-84, tetapi dianulir karena  offside.Â
Keberhasilan Madrid mengalahkan Dortmund pada final musim ini menandai kedigdayaan tim besutan Carlo Ancelotti ini di kancah UEFA Champions League. Madrid kini mengoleksi 15 gelar juara si kuping besar dari 18 kali kesempatan tampil di final.Â
Sementara itu, bagi Don Carletto selaku manajer, pencapaian juara musim ini menjadikannya sebagai pelatih tersukses di kancah Liga Champions Eropa. Ancelotti telah menjuarai kompetisi ini sebanyak 5 kali. Dua kali bersama AC Milan pada tahun 2003 dan 2007, lalu tiga kali bersama Madrid pada tahun 2014, 2022 dan 2024.
Empat pemain senior Real Madrid, Dani Carvajal, Nacho Fernandez, Toni Kroos dan Luca Modric juga mencatat sejarah manis. Keempat pemain telah mengoleksi 6 medali juara Liga Champions Eropa. Â Mereka pun sukses menyamai rekor legenda Madrid, Paco Gento yang telah mengoleksi 6 gelar juara.Â
Toni Kroos yang telah membela panji Madrid selama 10 musim, menutup karir emasnya dengan persembahan trofi juara. Demikian pula dengan Nacho yang kemungkinan meninggalkan Santiago Bernabeu. Mereka pun berpisah dengan Madrid pada akhir musim ini dengan elegan sebagai legenda.Â
Secara khusus, Jude Bellingham pun menandai musim perdananya bersama Madrid. Ia sukses mengawinkan tiga gelar perdananya berkostum Los Blancos. Sejak kedatangannya dari Dortmund, ia telah memenangkan La Liga, Super Cup dan Liga Champions. Makin sempurna karena Bellingham meraih trofi si kuping besar di depan negerinya sendiri.Â
Kembali ke rangkuman pertandingan, Real Madrid tidak terlalu tampil mendominasi laga. Bahkan tampak sedikit kekhawatiran. Awal babak pertama seperti akan memberikan kemenangan mudah bagi wakil Jerman. Sekitar 20 menit babak pertama, Emre Can dkk menguasai laga sepenuhnya. Madrid sendiri lebih banyak tertekan. Intinya, justru Dortmund yang tampil offensive di babak pertama.Â
Gaya menyerang Dortmund berhasil diredam oleh kematangan Madrid. Peluang demi peluang yang Dortmund ciptakan di babak pertama tanpa konversi satu gol pun akhirnya dihukum Madrid di babak kedua.Â
Carlo Ancelotti sendiri mengakui adanya kesulitan pemain Real Madrid menembus pertahanan Dortmund. Berkaca dari kondisi permainan Toni Kroos dkk di babak pertama, Ancelotti mengubah skema permainan di babak kedua. Tanpa mengubah komposisi pemain starter, Ancelotti mengajak anak asuhnya untuk tampil lebih menyerang dengan mengubah skema 4-3-1-2 menjadi 3-4-3.Â
Strategi Don Carletto ini sejalan dengan perubahan strategi dari pelatih Dortmund, Â Edin Terzic yang menarik keluar penyerang Karim Adeyemi dan menggantikannya dengan gelandang Marco Reus. Pergantian ini sebenarnya berdampak besar terhadap skema permainan Die Borusien yang cenderung mulai bertahan.
Pergerakan Eduardo Camavinga dan Dani Carvajal semakin mobile dan terlihat bebas di garis pertahanan Dortmund. Titik klimaks permainan Madrid adalah ketika Carvajal berhasil menanduk umpan bola mati selak pojok Toni Kroos. Dengan posisi membelakangi gawang, tandukan Carvajal meluncur deras ke gawang Dortmund yang dijaga kiper G. Kobel.Â
Usai gol Carvajal, permainan Dortmund seperti membeku. Emre Can, Mats Hummels dan Marco Reus seolah terpaku. Bola sulit mereka kuasai. Para pemain Madrid berbalik menguasai laga. Pertahanan Dortmund terus ditekan. Tak ada serangan dari Dortmund lagi. Toni Kroos, Carvajal dan Camavinga bergantian membuat peluang. Hingga pada akhirnya bek Dortmund, Ian Maatsen melakukan blunder passing di depan garis pertahanan. Entah panik atau karena rapatnya pemain Madrid menekan di garis pertahanan Dortmund, Maatsen seolah melihat Bellingham adalah rekan setimnya di Dortmund.Â
Berniat memberikan back pass kepada tekan setimnya, tetapi bola justru mengarah tepat ke Jude Bellingham. Dengan sekali sentuhan, Bellingham meneruskan bola ke Vinicius Jr yang sudah berdiri tanpa kawalan lawan. Sontekannya pun meluncur tanpa bisa dicegah Gobel meskipun bola masih sempat menyentuh ujung jarinya.Â
Real Madrid menunjukkan kelasnya sebagai peredam tim bergaya ofensif musim ini. Manchester City dikalahkan di babak perempatfinal, kemudian Bayern Munchen dan terakhir Dortmund.Â
Madrid memang superior musim ini di Liga Champions Eropa. Dari tiga belas kali laga sejak penyisihan grup, mereka tak sekalipun menelan kekalahan. Catatan impresifnya adalah sembilan kali menang dan empat kali imbang. Mereka hanya tertahan imbang sekali melawan RB Leipzig di babak 16 besar, dua kali melawan juara bertahan Manchester City di babak perempatfinal dan sekali melawan Bayern Munchen di babak semifinal. Jadi, sangat wajar Madrid menjadi kampium.Â
Kini, sangat sulit bagi tim lain untuk bisa menyamai pencapaian 15 kali juara dari Real Madrid di kancah Liga Champions Eropa. Terlebih, regenerasi pemain Madrid selalu berjalan dengan baik. Musim ini pun Madrid masih dalam suasana transisi setelah ditinggalkan legenda mereka, Karim Benzema.Â
Generasi emas Madrid musim ini di bawah komando Bellingham, Vinicius Jr, Rodrygo, dan CamavingaCamavinga, Â Valverde, Mendy dan Eder Militao dipastikan masih akan dominan musim mendatang.Â
Rasa lapar gelar juara kompetisi antar klub tertinggi Eropa pun dipastikan masih melingkupi pikiran Carlo Ancelotti untuk bisa meraih gelar keenam sebagai pelatih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H