Durasi pertandingan sepakbola dua babak tanpa unjury time, kami habiskan selama jalan kaki dari lokasi hajatan hingga kami tiba di jembatan yang dimaksud. Sungai di bawahnya lebar penuh dengan bebatuan besar khas sungai dari pegunungan. Jembatan tua di atasnya terlihat kokoh pula menanggung beban yang singgah atau lewat di atasnya.
Kami semua rehat beberapa lama di jembatan menikmati indahnya suasana di sore hari. Dua rekan kami, Lukas dan Inul turun ke sungai dan bersembunyi di balik bebatuan. Mereka jongkok di balik batu, terlihat dari kepalanya yang fokus pada satu arah penuh keseriusan. Entah mereka bertapa atau mencari ikan. Teriakan mereka tertutup oleh suara jeram sungai.Â
Saya bersandar pada besi palang jembatan berbincang dengan bapak yang menemani kami. Tiga rekan wanita peserta KKN juga asik dengan ceritanya. Mereka adalah Lisma, Desi dan Rahel. Ayam pemberian warga pun sudah ada di tangan mereka.
Sekumpulan barang-barang bawaan kami tertata rapi di salah satu ujung jembatan bersandar pada tembok pembatas. Semua mengenali bungkusannya masing-masing. Sambil bercerita asik tanpa tujuan pengalaman di jalan, ternyata kami semua kelaparan.Â
Kami pun bersama-sama mencari bungkusan yang ada isi kuenya. Lalu, salah seorang rekan kami yang tinggi besar, jangkung dan berambut keriting kasar pendek bernama Robert mengutak-atik sebuah karung yang tadi turut naik motor.Â
Ia mendapatkan bungkusan plastik berisi kue tolban dan deppa tori' (Kue khas Toraja). Ia pun mengambil sepotong kue tolban dan memakannya. Saya juga mengambilnya. Teman-teman yang lain juga mengambil kue dan mengunyah. Seperti tak ada beban sama sekali kali mengunyah, mungkin karena efek lemas dan lapar di jalan tadi.
Tak lupa sambil mendecap manisnya kue tolban, Robert menawarkan kue ke bapak yang menemani kami.
"Kande deppa, om." (Ayo, makan kue, om).
Dengan diplomatis sang bapak merespon, "Iya, kurre sumanga'. Anna sepu'ku tu, ya to na bawa to ma'motor ina'."Â
Seketika, Robert mengambil HP Nokia jadul mini dari dalam saku celananya. Lalu, ia berjalan pelan ke ujung jembatan dan menelpon.
"Halo, umba mi nei te?"Â (Halo, di posisi di mana sekarang?)