Warga Kecamatan Simbuang kembali menjerit dan menangis. Seorang ibu terpaksa melahirkan di tengah jalan dalam perjalanan menuju rumah sakit daerah. Nahas, sang buah hati yang dirindukan meninggal sesaat setelah menghirup segarnya udara di hutan yang dilalui jalan akses Simbuang.Â
Kejadian ini terjadi pada hari Sabtu, 11 Mei 2024. Seorang ibu yang berniat melahirkan di Puskesmas Lekke', Simbuang harus dirujuk ke salah satu rumah sakit di ibu kota kabupaten karena kondisinya tak memungkinkan untuk melahirkan di sana karena keterbatasan sarana dan prasarana.Â
Ditemani seorang bidan dan suster, ibu tersebut bersama jabang bayi dalam perut berjuang melewati jalan yang tak kondusif. Tak terbayangkan guncangan dari perjalanan penuh rintangan.Â
Meskipun masih bisa menggunakan kendaraan roda dua dari Puskesmas Lekke', tetapi jalur selanjutnya masih tertutup longsor. Sehingga untuk bisa mencapai kendaraan untuk menyambung perjalanan, sebenarnya harus dilanjutkan dengan jalan kaki. Berjuang menjaga kandungan dengan duduk berboncengan di atas sadel motor bebek pada akhirnya membuat kandungan rentan di tengah perjalanan.Â
Di tengah panas terik matahari, ibu tersebut melahirkan di tengah jalan. Bayinya meninggal dan ia pun dibawa kembali ke Puskesmas Lekke' untuk menjalani perawatan. Soliditas warga setempat yang menggotongnya menuju Puskesmas. Sementara bayi mungil yang tak bernafas lagi dibawa ke rumah keluarga untuk dimakamkan.Â
Miris, tetapi inilah sedikit dari sekian banyak penderitaan warga Simbuang selama ini. Wilayah terisolir sejak dulu. Makin diperparah saat musim hujan tiba. Longsor dan jalan amblas terjadi di sejumlah ruas jalan menuju Simbuang hingga Mappak.Â
Dari foto yang beredar di media sosial, saya bisa menyimpulkan bahwa sang ibu melahirkan di sekitar kampung Leppan-Sa'dan. Di kedua kampung inilah terdapat beberapa titik longsor parah. Adapun perumahan warga sangat jarang. Hanya pohon jati, sejumlah tumbuhan perdu dan pemandangan sabana luas di sisi kanan dan kiri tebing yang dilalui akses jalan.Â
Saat ini, akses jalan tak bisa dilalui oleh mobil. Hanya motor yang bisa berlalu, itu pun dengan bantuan sesama pengendara.Â
Kasus melahirkannya seorang warga Simbuang di tengah jalan dan juga tepat disebut di tengah hutan ini sudah tak terhindarkan lagi. Hal ini terjadi karena akses jalan provinsi satu-satunya dari Simbuang menuju kota Makale (ibu kota kabupaten Tana Toraja) lokasi di mana terdapat tiga rumah sakit dan satu klinik bersalin berada tertutup total.Â
Dari Kelurahan Sima, tempat Puskesmas Lekke' berada, warga masih harus melewati. Lembang Makkodo sejauh lebih dari 10 kilometer dengan akses jalan menuruni lembah dengan tebing curam. Kondisi makin diperparah dengan banyaknya titik jalan yang tertutup longsor.Â
Mobil Puskesmas Lekke' tak akan bisa melintas. Hanya dengan bantuan digotong, warga yang akan melahirkan bisa melewati jalur ini.Â
Di sepanjang jalur menukik turun dari Makkodo-Petarian-Leppan-Sa'dan, jalan tertutup longsor dengan sangat parah. Apalagi pergerakan tanah terus terjadi. Sekalipun tidak hujan, berkubik tanah dan bebatuan masih tergelincir dari arah tebing.Â
Setelah bencana longsor di hampir seluruh penjuru Kecamatan Simbuang dan Mappak kurang lebih sebulan yang lalu, sebagian besar akses jalan utama masih tertutup longsor. Bahkan ada yang sampai putus. Sehingga hanya kendaraan roda dua yang bisa melintas. Mobil sudah tak memungkinkan lagi untuk melewatinya.Â
Inilah cerita dari penderitaan warga Kecamatan Simbuang hingga Mappak yang tak akan pernah berhenti dituliskan hingga jutaan bab selama akses jalan tak pernah dibangun. Saya sudah menyaksikan dan mengalami sendiri sulitnya akses jalan di sepanjang jalur menuju Simbuang.Â
Pembangunan pada semua bidang di kecamatan terpencil, terjauh dan terluar dari Kabupaten Tana Toraja sulit terwujud selama akses jalan tak dibangun oleh pemerintah.Â
Sebenarnya, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan di masa pemerintahan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman pernah memprogramkan pembangunan jalan pada jalur Simbuang, yakni poros sungai Masuppu' hingga Talayo mendekati perbatasan Kecamatan Bonggakaradeng. Hanya saja, proyek pekerjaan jalan yang sudah berjalan kurang lebih sebulan pada bulan November 2023, tiba-tiba berhenti. Pelaksana dan pekerja proyek jalan menarik semua alat berat dan kendaraan. Alasannya, tak ada anggaran pembangunan.Â
Di masa pemerintahan PJ gubernur saat ini, tak ada lagi kelanjutan pembangunan. Maka, makin menderitalah warga Simbuang dan Mappak. Akses jalan kini tertutup total untuk roda empat. Belum ada tindakan dari Pemda Tana Toraja maupun Pemprov Sumsel untuk membersihkan tumpukan material.Â
Hanya swadaya warga sekitar dan orang yang melintas yang selalu membersihkan bebatuan dan menimbun lubang. Apresiasi buat kepala lembang (desa) Makkodo, bapak Sukardi Kombongkila' yang beberapa hari lalu sudah mengupayakan pembukaan jalan di Makkodo bagian atas menuju Kelurahan Sima menggunakan sebuah excavator. Pekerjaan ini pun terbatas karena sulitnya supplai bahan bakar solar until alat berat tersebut.Â
Entah sampai kapan tangisan dan derita warga Simbuang ini bisa terjawab oleh ketersediaan akses jalur transportasi yang layak.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI