Pada sisi lain, geliat pengembangan kota dengan membuka lokasi perumahan murah di arah utara kota Enrekang menuju Toraja berperan dalam kurangnya daya tahan tanah terhadap debit air hujan.Â
Selain banjir bandang, tanah longsor dan pohon tumbang juga menghantam jalan nasional dari arah Pinrang-Enrekang-Toraja. Pemicunya sama dengan banjir bandang. Di Kelurahan Tuara hingga Kulinjang, lahan tanaman jagung sangat luas. Pohon makin berkurang.Â
Daya tahan tanah makin keropos karena cara pengelolaan lahan tanam jagung adalah dengan cara menyemprot rumput dan gulma. Bisa dibayangkan jika dalam setahun 2-3 kali panen jagung, maka pada volume yang sama proses penyemprotan tanah dengan herbisida terjadi.Â
Inilah yang membuat tanah di beberapa titik jalan sekitar Kulinjang mulai bergeser, rawan amblas dan longsor.Â
Kondisi jalan amblas di Kulinjang sudah berlangsung lebih setahun. Tanah terus bergerak, sementara di kecepatan sisi jalan, tetap terbuka lahan-lahan jagung yang setiap waktu pula disemprot herbisida.Â
Tambahan pula bahwa kontur tanah di sekitar Kecamatan Enrekang, kota Enrekang hingga Cendana didominasi oleh tanah gembur berpasir. Pemeliharaan jalan yang saat ini berlangsung di Tuara dan Cendana mengakibatkan pengerukan tanah yang berbuah pergerakan tanah di musim hujan. Pohon-pohon tumbang di lebih sepuluh titik terjadi akibat pergerakan tanah pada lokasi pekerjaan jalan trans Sulawesi.Â
Untuk menekan bencana lanjutan dan jangka panjang, perlu kerja sama dari semua elemen. Pemerintah harus aktif mencegah pembukaan lahan besar-besaran untuk tanam jagung.Â
Demikian pula warga sekitar harus mulai peduli lingkungan dengan mengurangi penebangan pohon dan perilaku penggunaan herbisida yang masif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H