Indonesian-Korean Teacher Exchange (IKTE) 2024 sudah memasuki seleksi tahap terakhir. Sebanyak 40 guru terbaik lolos pada seleksi administrasi tahap pertama. Mereka berasal dari jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Seleksi tahap 2 akan berlangsung secara tetap muka, bertempat di Hotel Horison, Ciledug, Jakarta Selatan. Seleksi berlangsung selama 4 hari, yakni tanggal 29 April 2024 - 2 Mei 2024.
Beberapa ujian akan dilakoni oleh semua peserta, antara lain tes bahasa Inggris, psikotes, wawancara dan unjuk seni. Dari 40 orang, akan 12 guru yang akan mengikuti pertukaran guru nantinya. Ke-12 guru ini akan berangkat ke Korea Selatan dan mengajar pada sekolah-sekolah mitra yang telah ditentukan Kemdikbudristek.Â
Selama kurang lebih 3 bulan mereka akan menghabiskan mengajar di sana, yakni pada bulan September hingga November 2024. Selain itu, mereka akan mempelajari budaya dan teknologi yang terintegrasi dalam pendidikan Korea Selatan.Â
Diantara ke-40 guru yang lolos seleksi tahap pertama, saya salah satu di antaranya. Untuk mengikuti seleksi terkahir di Jakarta, saya wajib mempersiapkan dokumen yang dipersyaratkan.
Dokumen pertama adalah tulisan artikel tentang masalah pendidikan/pembelajaran di sekolah asal peserta dan dikaitkan dengan identifikasi keunggulan sekolah atau sistem pendidikan di Korea Selatan yang dapat menjadi solusi atas masalah di sekolah asal peserta. Data yang digunakan untuk artikel harus relevan. Misalnya berasal dari rapor mutu pendidikan sekolah terbaru.Â
Disajikan juga rencana inovasi/praktik baik yang akan diadopsi dari sekolah/sistim pendidikan di Korsel. Datanya diharuskan berdasarkan hasil penelitian yang relevan. Selanjutnya, dalam artikel wajib ada strategi untuk menerapkan inovasi/praktik baik di sekolah asal peserta dan rencana diseminasi kepada guru-guru lain di wilayah asal.
Dokumen berikutnya adalah tiga buah video penguasaan seni tari, seni kriya, dan seni musik tradisional. Bagi saya, ketiga video ini tergolong rumit. Inilah tantangan yang sebenarnya.
Dari ketiga kategori video ini, saya sudah menyerah duluan. Saya belum pernah menari tarian tradisional Toraja dengan serius. Selama ini hanya sekedar mencoba dan iseng-iseng. Termasuk membuat seni kriya dan memainkan musik tradisional khas Toraja.
Berbekal motivasi dari rekan kerja dan keluarga, saya kemudian belajar tarian pa'tirra'. Sebenarnya, tarian ini dilakukan oleh anak laki-laki, bukan untuk pria dewasa. Tetapi itulah tarian yang saya pelajari. Anak saya yang sudah biasa dengan tarian pa'tirra' menjadi pelarih saya. Dia pun serius membimbing saya dan bahkan sesekali terlihat jengkel karena gerakan saya yang salah.