Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jejak Suku Toraja dan Pesona Tebing Mandu, Tontonan, Kabupaten Enrekang

14 April 2024   06:19 Diperbarui: 14 April 2024   11:04 1265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto dengan latar tebing Mandu. Sumber: dok. pribadi.

Suku Toraja seperti halnya Suku lain di Indonesia, tersebar di berbagai pelosok negeri. Secara historis pun orang Toraja tidak hanya mendiami wilayah Tana Toraja dan Toraja Utara di masa lalu. Beberapa bukti peninggalan masa lalu dapat dijadikan bukti bahwa orang Toraja pernah ada di daerah lain di luar Toraja.

Suku Toraja dikenal sebagai orang dari pegunungan. Konteks ini pula yang menjadi salah satu ciri utama penemuan jejak hidup suku yang wilayahnya di kenal dunia karena wisata alam dan budayanya. 

Orang Toraja di masa lalu memiliki kebiasaan menguburkan jenazah di tebing-tebing baru yang curam. Peti mayat ditempatkan pada gua-gua alam di tebing tersebut. 

Nah, jejak kuburan ini dapat dijumpai di Kabupaten Enrekang, yakni pada tebing Mandu, di kampung Tontonan, Cakke, Kecamatan Anggeraja. Pada gua alam tebing Mandu yang memanjang sejauh panjang sisi tebing, terdapat puluhan peti jenazah khas orang Toraja. Peti-peti ini tersusun rapi mengikuti alur gua. 

Deretan peti mati khas orang Toraja di sela-sela tebing Mandu. Sumber: dok. pribadi
Deretan peti mati khas orang Toraja di sela-sela tebing Mandu. Sumber: dok. pribadi

Dengan ketinggian sekitar 20-30 meter dari permukaan sungai yang ada di bawah tebing, peti-peti tersebut aman dari gangguan orang dan ternak liar. Tulang-belulang berupa tengkorak masih bisa dilihat dari seberang sungai. 

Hanya saja, tak ada informasi pasti dari warga setempat tentang kapan dan usia kuburan Tia orang Toraja di tebing Mandu ini. Semua hanya memperkirakan saja. Pernah saya bertanya pada salah satu guru di Baraka, beliau mengatakan bahwa di dalam gua di tebing Mandu pernah ada barang-barang berupa keris dan sejumlah artefak budaya Toraja tersimpan bersama peti-peti jenazah tersebut. Hanya saja dibakar dan dihancurkan di masa pemberontakan DI/TII dan Andi Sose. 

Sejauh ini informasi rinci dan riil susah didapatkan. Tetapi, kesimpulannya, dari model peti jenazah, model "erong" dan cara penempatan peti, sangat diyakini bahwa kuburan tua di atas Tebing Mandu, Tontonan ini adalah jejak peninggalan Suku Toraja di masa lalu yang ada di daerah Duri, Kabupaten Enrekang. 

Pemandangan di depan tebing Mandu. Sumber: dok. pribadi.
Pemandangan di depan tebing Mandu. Sumber: dok. pribadi.

Tebing Mandu sudah bisa dilihat dari kejauhan saat melintas dari Toraja menuju Makassar dan sebaliknya. Saat ini tebing Mandu telah dijadikan salah satu objek wisata alam di Kabupaten Enrekang. Untuk sampai di lokasi ini, pengunjung dari arah Makassar belok kanan pada pertigaan jalan masuk Kecamatan Baraka di pasar Cakke, jalan trans Sulawesi, Enrekang-Toraja. Kurang lebih satu kilometer dari jalan poros, tebing Mandu bisa dilihat dari dekat. 

Dari jejak yang ada di lokasi, Tebing Mandu pernah dikelola dengan baik. Terbukti dengan adanya pagar dan pos masuk di pintu depan. Ada pula toilet. 

Puluhan anak tangga disertai besi tempat berpegang juga disiapkan buat pengunjung untuk mempermudah akses menuju ke pinggir sungai. Pepohonan banyak menutupi sekitar pintu masuk lokasi. Demikian halnya dengan sekitar pinggir sungai. Jadi untuk mendapatkan view terbaik, pengunjung disarankan turun hingga ke pinggir sungai.

Hanya saja, saat ini akses masuk lokasi tebing Mandu terlihat terbengkalai. Tak ada petugas pengelola di sana. Sampah berhamburan di mana-mana. Intinya, pengunjung mendapatkan fasilitas gratis untuk menikmati pesona tebing Mandu.

Jika dikelola dan ditata dengan lebih baik, tebing Mandu ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan warga setempat, selain bertani bawang dan palawija. Peluang tersebut ada karena hampir setiap hari ada pengunjung di tempat ini. 

Terlebih di masa libur Idul Fitri, baik mudik maupun balik, warga lokal terlihat memadai lokasi, terutama dari pagi hingga siang. 

Bagi para pendaki gunung Rante Mario, tebing Mandu ini juga akan mereka lewati. Perpaduan jejak suku Toraja dan pesona tebing yang menjelang tinggi hingga hampir seratus meter bisa membuat takjub penikmat wisata alam.

Berfoto dengan latar tebing Mandu. Sumber: dok. pribadi.
Berfoto dengan latar tebing Mandu. Sumber: dok. pribadi.

Tebing Mandu sangat cocok sebagai tempat berfoto. Latar belakang sungai dengan jeram alam dan tebing yang menjulang tinggi memberikan pesona tersendiri. Bahkan ketika berdiri di pinggir sungai dengan pasir mirip di pantai, adrenalin sedikit terusik oleh suasana dan gemuruh air. 

Pengunjung pun bisa berjalan di atas bebatuan dan mengambil posisi foto terbaik dengan latar tebing dan puluhan peti jenazah tua. 

Pengunjung yang ingin bersantai agak lama, bisa memancing di depan tebing. Tapi wajib hati-hati.

Jika musim kemarau, pengunjung bisa menyeberangi sungai dan memanjat kuburan tua tersebut. Semoga ke depan, tebing Mandu kembali ditata sehingga bisa menjadi objek wisata alam untuk edukasi dan pelestarian jejak budaya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun