Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ma'bosara', Keunikan H-1 Perkawinan Warga Duri, Enrekang

13 April 2024   14:40 Diperbarui: 13 April 2024   17:30 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasu Cemba, kuliner khas Enrekang. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Hajatan perkawinan adalah sebuah bagian peristiwa bersatunya dua insan dalam sebuah ikatan perkawinan secara dah menurut adat, agama dan negara. Terkait hajatan atau pesta perkawinan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing. Tradisi ini terkait erat dengan latar belakang kesukuan dan keagamaan yang dimiliki warga setempat. 

Perjalanan saya kali ini terkait dengan pesta perkawinan. Lokasinya bukan di daerah Toraja, melainkan jauh di dalam perkampungan kabupaten Enrekang. 

Bersama calon mempelai (tengah). Sumber: dokumentasi pribadi. 
Bersama calon mempelai (tengah). Sumber: dokumentasi pribadi. 

Adalah seorang rekan kerja ASN PPPK di sekolah yang akan  melangsungkan akad nikah dan pesta perkawinan esok hari. Ia berdomisili di kampung Simpin, Desa Rumbia, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. 

Kami berangkat sekitar pukul 9.30 pagi melintasi perbatasan dia kabupaten, Tana Toraja dan Enrekang. Butuh waktu hampir 2 jam untuk mencapai kampung Simpin yang berjarak 57 km dari kota Makale, Tana Toraja. 5 kendaraan minibus mengangkut rekan guru dari SMAN 5 Tana Toraja untuk hadir lebih awal sebelum akad nikah dilangsungkan. 

Tamu duduk menghadapi meja jamuan. Sumber: dokumentasi pribadi. 
Tamu duduk menghadapi meja jamuan. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Setibanya di kampung Simpin, kami langsung disambut oleh calon mempelai dan keluarganya. Mereka langsung mengatur parkiran kendaraan di jalan daerah yang sempit. 

Tak menunggu lama kami langsung diantar masuk ke rumah calon mempelai. Di ruangan tamu sudah berjejer tiga meja panjang dengan model duduk ala lesehan. Di atas setiap meja telah tersaji aneka makanan berupa kue basah  dan teh. 

Inilah yang dikenal dengan tradisi ma'bosara'. Meja berisi aneka kuliner dan penutup nampan yang menyerupai mahkota diyakini menjadi cikal bakal penggunaan istilah bosara'. 

Tradisi ini dipengaruhi oleh agama Islam dan kebiasaan suku Bugis. Hiasan ruangan kental dipengaruhi oleh pernak-pernik berkilauan dari kain khas Bugis-Makassar. Warna kuning keemasan mendominasi rumbai dan kain hiasan depan rumah hingga ruang utama rumah mempelai perempuan sebagai tempat jamuan bosara'.

Ma'bosara biasanya diselenggarakan oleh keluarga mempelai perempuan sehari menjelang akad nikah dan resepsi perkawinan. Setiap tamu atau keluarga yang datang akan dijamu pertama kali di jamuan bosara'. 

Bosara' juga diperuntukkan bagi keluarga atau warga yang datang membantu pekerjaan. Suasana lesehan duduk berhadap-hadapan makin memudahkan siapapun yang duduk untuk saling mengenal dan bertukar cerita satu sama lain.

Terdapat beberapa jenis kuliner khas Enrekang yang tersaji. Ada kue burongko, tape ketan hitam, bolu pandan, puding jagung, puding brownies, sanggara' balanda, bua talluma, dan putu passa. Semua ini adalah makanan dengan cita rasa manis. Tambahan minumnya adalah kopi atau teh. Khusus di kampung Simpin, yang disajikan  hanyalah teh melati yang sangat wangi. 

Sudah menjadi adat bahwa seusai ma'bosara', akan dilanjutkan dengan sesi makan. Namun, tempatnya berbeda. 

Nasu Cemba, kuliner khas Enrekang. Sumber: dokumentasi pribadi. 
Nasu Cemba, kuliner khas Enrekang. Sumber: dokumentasi pribadi. 

Setelah dijamu di meja bosara', kami diantar ke lokasi resepsi perkawinan. Di sana disajikan makanan khas Enrekang, nasu Cemba. Ada pula sambal kentang, sambal daging sapi, acar dan kerupuk. 

Para ibu-ibu melayani tamu dengan sangat baik. Ada yang bertugas mengambilkan piring untuk tamu. Dengan demikian, suasana antri sangat terpelihara. 

Nasi Cemba adalah yang paling diminati oleh tamu. Daging sapi segar yang baru saja dipotong pada pagi hari sangat nikmat berpadu dengan daun Cemba yang asam manis. Saya menambah porsi makan hanya dua potongan besar Nasu Cemba.

Oleh karena ma'bosara' baru ramai pada sore hari hingga malam, maka lokasi masih sepi dari tamu ketika kami tiba. Selain para tetangga dan keluarga calon mempelai yang bekerja menyiapkan pesta perkawinan, tak ada tamu lain selain rombongan kami.

Tradisi ma'bosara' akan dibanjiri tamu sebelum akad nikah. Pada malam harinya, calon mempelai akan duduk di kursi pelaminan didampingi kedua orang tua untuk menerima ucapan selamat dari tamu undangan. 

Alunan musik hiburan berupa organ tunggal biasanya menemani tamu sekaligus hiburan warga lokal selama sesi bosara' pada H-1 sebelum akad nikah dan resepsi perkawinan.

Biasanya, ma'bosara' sudah tidak ada ketika selesai akad nikah. Semua tamu yang hadir akan langsung dijamu di meja resepsi perkawinan. 

Selepas tengah hari, kami foto bersama dengan calon mempelai dan kedua orang tuanya. Setelahnya kami kembali ke Tana Toraja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun