Idul Fitri tahun ini agak berbeda dengan kegiatan serupa yang kami jalani sebagai keluarga besar dari tahun-tahun sebelumnya. Jika sebelumnya kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan kerabat dekat, rekan kerja dan tetangga, kali ini kami mengadakan perjalanan Lebaran keluar Kabupaten Tana Toraja menuju Kabupaten Enrekang.
Meskipun kami semua Nasrani, tetapi dalam lingkup keluarga besar kami adalah keluarga heterogen dengan beragam latar belakang kepercayaan. Setiap kali lebaran, selalu penuh makna. Lebaran selalu menjadi ajang silaturahmi untuk semua keluarga besar. Kesempatan mulia untuk saling mengenal dan mempererat tali silaturahmi kekeluargaan.Â
Ditemani istri dan anak-anak serta beberapa anggota keluarga besar lainnya, kami mengadakan silaturahmi Lebaran ke salah satu kerabat dekat dari istri saya. Ia berdomisili di daerah Cakke, Kabupaten Enrekang.Â
Kami saling mengenal satu sama lain beberapa bulan yang lalu. Ternyata ia telah lama tinggal di sana bersama orang tuanya. Ia asli orang Toraja. Ia sendiri telah menikah dengan warga Enrekang dan saat ini menggeluti usaha bawang merah.Â
Kami disambut dengan penuh sukacita. Usai bersalaman dan berbincang singkat, aneka jenis kue kering segera tersaji. Selanjutnya, just jeruk dingin ikut menemani. Tanpa komando lagi, di sela-sela bertanya kabar sana-sini, menu khas Lebaran keluar kandang dan memenuhi meja tamu yang mungil. Boleh saya katakan bahwa silaturahmi keluarga digambarkan keragamannya oleh menu khas lebaran yang tersaji.Â
Merayakan Idul Fitri dan lebaran tak lengkap tanpa sesi makan besar. Di daerah Duri, Enrekang, terdapat menu khas yang akan selalu tersaji. Masuk kelompok makanan berat adalah masakan klasik bernama Nasu Cemba. Olahan rahasia dari daun Cemba, tanaman rempah yang hanya ada di Enrekang sangat menggugah selera. Daging sapi di antara kerumunan daun Cemba menari-nari dalam mangkuk menggoda setiap tamu.Â
Ternyata, keluarga kami ini sudah sangat mahir memasak Nasu Cemba. Rasa dan gurih kuahnya persis sama dengan Nasu Cemba yang biasa disajikan ketika saya menghadiri sebuah acara di Kabupaten Enrekang.Â
Nasu Cemba yang hangat sangat cocok disantap dengan sajian khas Lebaran lainnya, yakni lappa'-lappa' dan burasa'. Tak lupa sedikit perasan jeruk nipis dan sejumput cabe tumbuk.Â
Selain itu, salah satu ciri khas lebaran di daerah Duri, Kabupaten Enrekang adalah tersedianya tape ketan. Tape ini terasa istimewa karena berbeda rasa dengan tape sejenis yang dijual setiap hari pasar. Adapun kesannya terbuat dari ketan hitam terbaik sehingga hasilnya pun masuk kategori eksklusif.Â
Tanpa diminta, keluarga yang berlebaran langsung mengeluarkan tape segar yang pas masak di hari lebaran. Sekitar tiga hari lalu proses pemasakannya. Baunya khas dan langsung menggoda seler makan. Saya lebih memilih menikmati tapai ketan yang disiram dengan sirup Marjan ditambah bongkahan es batu dan suiran cendol. Empat cangkir tape meluncur deras ke perut saya.Â
Segar dan manisnya tape ketan seolah meminta untuk selalu diluncurkan ke tenggorokan. Tawa riuh rendah sesekali terselip diantara perbincangan kami.Â
Sajian menu lebaran kali ini sangat menggambarkan bersatunya keragaman dalam keluarga besar kami. Indahnya kebersamaan lebaran tahun ini.Â
Selamat Hari Raya Idul Fitri buat semua handai taulan, kerabat dan sahabat yang merayakannya. Mohon maaf lahir dan batin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H