Daging kerbau dimasak dalam sebuah kuali aluminium besar. Kuali ini ditempatkan di tengah halaman (ulu ba'ba) rumah duka. Daging kerbau dipotong besar-besar dan dimasak selama berjam-jam.
Sementara daging babi diolah dan dimasak lewat cara tradisional yakni dimasak dalam wadah bambu yang biasa disebut pa'piong. Semua warga yang datang "siarak" makan bersama dan seluruh daging yang dikurbankan dihabiskan pada saat itu.
"Siarak" berlangsung dalam satu hari saja. Laki-laki dan perempuan akan bersama-sama bekerja sesuai dengan keahlian masing-masing. Para ibu-ibu akan mendukung ketersediaan makanan dan minuman serta semua aktifitas yang terkait dengan bagian dapur. Laki-laki fokus pada pembuatan pondok.
Semua aktifitas dan prosesi "siarak" diselenggarakan dalam bingkai alur adat Toraja yang terkait dengan kedukaan. Dalam sehari "kasiarakan" ini pondok-pondok untuk tamu yang akan datang melayat nantinya sudah berdiri kokoh.
Selanjutnya, tinggal tahap penyelesaian yang akan dikerjakan secara bertahap oleh bagian pemondokan dan keluarga.Â
Adapun almarhum yang diselenggarakan "siaraknya" bernama alm. J. N. Pakombong M. yang akrab disapa Nek Arung. Beliau adalah pensiunan Polri.
Pada masa aktifnya, ia pernah menjabat sebagai Kapolsek Alla di Kabupaten Enrekang. Ia meninggal pada bulan Februari 2018. Berdasarkan kesepakatan keluarga, upacara rambu solo' untuk almarhum dijadwalkan dimulai pada tanggal 6 Mei 2024.
"Siarak" hanya dilaksanakan pada prosesi pembuatan pondok untuk keturunan bangsawan. Dengan kata lain, "siarak" adalah prosesi untuk jenazah dengan pengurbanan minimal 12 ekor kerbau jantan. Kerbau jantan ini pun memiliki "tedong tanda" atau kerbau dengan bulu yang lengkap untuk sebuah prosesi kematian bangsawan Toraja. Ada kerbau saleko, bonga, lotong boko', todi', pudu', dan balian.Â
Jadi, "siarak" tak sembarang dilakukan. Dilaksanakan berdasarkan tatanan adat Toraja. Meskipun hanya dilakukan untuk kalangan tertentu, akan tetapi dalam lingkup nilai sosial, "siarak" ini membawa kebahagiaan dan kesejahteraan secara ekonomi untuk semua warga dalam satu kampung tanpa melihat strata sosial.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H