Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Pendampingan kepada PDBK Saat Ujian

23 Maret 2024   16:46 Diperbarui: 24 Maret 2024   11:20 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendampingi satu PDBK saat ujian sekolah. (Sumber: dokumentasi pribadi)

Sekolah adalah tempat menimba ilmu peserta didik dari sejumlah guru secara formal dalam kurun waktu yang telah ditetapkan yayasan dan/atau pemerintah. Pendidikan dan pengajaran diperoleh melalui beragam cara, strategi, metode, dan pendekatan yang diterapkan oleh guru. 

Kurikulum Merdeka menekankan bahwa setiap peserta didik itu berbeda. Meskipun ia lahir dan bertumbuh secara normal, tetapi pada hakikatnya, setiap anak yang duduk di bangku sekolah berbeda satu sama lain. 

Mereka berbeda dari sisi latar belakang, suku, ras, agama, ekonomi, budaya, kecepatan belajar, kondisi belajar, lingkungan, kemampuan kognitif, minat, cara belajar, dll. Intinya, setiap peserta didik memiliki kebutuhan belajar yang tidak sama. 

Peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) memiliki hak yang sama dengan peserta didik awas (normal) untuk memperoleh pendidikan. Sekolah inklusif telah didorong untuk terlibat aktif dalam rangka memberikan pendidikan kepada PDBK layaknya peserta didik yang normal. 

PDBK sudah pasti memiliki keunikan tersendiri yang akan menantang guru dalam menyampaikan pelajaran. Dibutuhkan strategi dan pendekatan khusus oleh guru agar mampu merespons kebutuhan belajar PDBK. Selain kebutuhan belajar, yang tak kalah penting adalah layanan pendampingan ketika menjalani penilaian dan ujian.

Pada masa ujian sekolah di SMAN 5 Tana Toraja tahun ini, terdapat satu peserta didik yang berkebutuhan khusus. Ia memiliki keterbatasan pada penglihatan. Ia sudah mengenakan kacamata, tetapi itu tidak menolong dengan maksimal.

Di samping itu, berdasarkan hasil penelusuran informasi lewat asesmen diagnostik non kognitif, peserta didik ini juga mengalami kendala pada kemampuan kognitif. Ia lambat merespon, ia butuh waktu yang berbeda dengan teman sekelasnya yang normal. Dalam hal memberikan tanggapan terhadap pembicaraan dan pelajaran. 

Ketika peserta didik ini saya dapatkan pada kelas yang saya ajar dua tahun yang lalu, ia terlihat normal jika dilihat secara fisik. Temuan saya pertama kali padanya ketika ia mencoba menulis di papan tulis, ternyata tangannya justru menulis pada tembok di bawah papan tulis, sementara matanya normal memandang papan tulis. Anaknya saya dekati kemudian dan mencoba bercakap-cakap. 

Dari perbincangan kami, saya menyimpulkan bahwa ia masuk kategori PDBK. Ia tak bisa diperlakukan secara biasa saja layaknya peserta didik normal. Ia butuh pendampingan tersendiri agar ia dapat menyesuaikan dengan capaian pembelajaran dan kompetensi yang ada. 

Langkah yang tepat untuk dapat memfasilitasi kebutuhan belajar PDBK ini tidak serta merta datang begitu saja. Saya butuh waktu beberapa kali tatap muka di kelas untuk bisa mendeteksi layanan belajar yang paling sesuai untuknya. 

Belajar di dalam kelas dengan metode kolaborasi atau kerja kelompok sangat membantunya bisa memahami sedikit tentang pelajaran. Ia bisa mengikuti pelajaran ketika mendengar. 

Menulis dan menonton sangat membatasi kemampuannya. Sehingga, saya menerapkan strategi kelas terbalik (flipped classroom) untuk membantunya memahami materi pelajaran. 

Video singkat materi pelajaran berdurasi 3-15 menit saya siapkan di channel YouTube. Ternyata metode kelas terbalik ini berhasil membantunya mengenal dan merespon materi pelajaran, khususnya Bahasa Inggris. 

Kini, PDBK sudah duduk di bangku kelas 3 SMA. Dalam hitungan minggu ia akan segera menamatkan pendidikannya. Ujian sekolah adalah tantangan terakhirnya. Ia sempat gugup ketika memasuki hari pertama ujian sekolah. Apalagi metode ujian di sekolah saya menggunakan smartphone. Maka, makin terbebanilah ia karena tak bisa membaca dengan jelas soal-soal ujian. 

Khusus mapel bahasa Inggris, ia datang ke ruang guru diantar oleh temannya. Ia tak mampu mengikuti ujian karena keterbatasannya. Melalui izin panitia ujian, ia saya dudukkan di samping saya. 

Melalui tuntunan membaca soal dan menggunakan fitur aplikasi secara langsung di smartphone, ia mampu melewati ujian dengan baik dan seksama.

Lewat pendampingan selama dua jam ujian, akhirnya ia mampu melewati ujian dengan baik. Ia sempat menangis karena dituntun guru. Saya mengapresiasinya dengan tepukan tangan. Ia berhasil ujian. 

Sekiranya ia dibiarkan sendiri tanpa arahan, ia mungkin tak bisa ikut ujian hingga waktu habis. Inilah pengalaman singkat saya menangani PDBK di sekolah. Khususnya menghadapi ujian sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun