Rambu Solo' adalah sebuah prosesi sekaligus upacara penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dalam lingkup suku Toraja.
Dalam prosesi Rambu Solo', terdapat acara penerimaan tamu (mantarima tamu). Biasanya berlangsung selama 2-3 hari sejak selesainya sesi acara ma'pasonglo'.Â
Ini adalah tradisi dalam balutan budaya Toraja yang masih bertahan hingga kini. Tradisi penyambutan tamu dengan bahasa sastra lisan Toraja diperuntukkan bagi prosesi upacara kematian keturunan bangsawan Toraja.
Kenaikan dari acara mantarima tamu adalah adanya nyanyian khas dan bahasa sastra lisan Toraja yang disampaikan oleh seorang pemandu acara yang disebut gora-gora tongkon.Â
Tidak semua orang Toraja bisa menjadi gora-gora tongkon yang bisa menyampaikan bahasa sastra lisan Toraja. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu.Â
Dalam penyambutan tamu yang datang melayat (tongkon) untaian bahasa pemyambutan yang disampaikan bervariasi. Jika tamu yang datang adalah bangsawan dan memiliki jabatan tinggi, maka bahasa penyambutannya pun bernilai tinggi.Â
Demikian halnya jika tamu tersebut membawa kerbau. Bahasa yang disampaikan yang dikenal dengan singgi' berbeda dengan bahasa yang ditujukan untuk tamu secara umum.
Pada intinya, bahasa penyambutan dalam bahasa sastra lisan Toraja diartikan sebagai sebuah penghormatan kepada para tamu. Oya, tamu yang datang melayat membawa nama rumpun keluarga tertentu.Â
Nama rumpun inilah yang disebut oleh gora-gora tongkon disertai dengan serangkaian bahasa sastra lisan Toraja.Â
Bahasa sastra lisan ini memuat sanjungan untuk nama kampung/daerah, silsilah keluarga dalam tongkonan dan seringkali pula memuat jabatan birokrasi dan politik.