Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Pintu Masuk Tana Toraja Berbenah Menyambut Wisatawan

4 Maret 2024   08:48 Diperbarui: 4 Maret 2024   18:22 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu gerbang Tana Toraja yang dipotret sekitar tahun 1970-an. Sumber: Nature Insight

Tana Toraja adalah salah satu tujuan wisata primadona di Sulawesi Selatan dan Indonesia. Wisatawan akan berbondong-bondong datang bukan hanya karena alam dan budayanya. Tetapi yang tak kalah penting adalah kehadiran sarana pendukung pariwisata yang sustainable. 

Pembangunan terkait wisata selalu dilaksanakan Pemda Tana Toraja secara bertahap menggunakan dana APBD dan APBN. Pembangunan infrastruktur jalan adalah salah satu fokus pemda. Selain akses jalan ke sejumlah objek wisata, infrastruktur di pintu masuk Toraja tak luput dari sentuhan pembangunan. 

Dalam rangka mendukung pariwisata inilah, pemerintah daerah Tana Toraja merespons salah satu kebutuhan yang nantinya mendukung mobilitas wisatawan. Respons tersebut berupa pelebaran jalan di pintu masuk atau pintu gerbang Tana Toraja. Pintu gerbang ikonik ini terletak di Kelurahan Salubarani yang merupakan tapal batas dengan Kabupaten Enrekang. 

Setiap hari, pintu gerbang ini menjadi tempat persinggahan bagi pengunjung baik yang masuk maupun yang keluar. Kendalanya adalah minimnya tempat parkir. Sehingga jembatan baru yang belum beroperasi yang menjadi wadah berkumpul pengunjung. 

Langkah pertama pelebaran jalan ini dimulai pada masa pemerintahan bupati Nicodemus Biringkanae-Victor Satuan Batara pada periode 2015-2019. Beliau membuat program pembenahan pintu gerbang ini untuk mendukung pariwisata. Selain pelebaran, sekitar lokasi gerbang akan dibangun semacam rest area. Selain itu, bupati Nico berpendapat bahwa wajah Tana Toraja ada di Salubarani sehingga wajib dipoles untuk menyambut para pengunjung Tana Toraja. 

Pembangunan pertama yang dilakukan adalah membangun kembali jembatan tua yang bersambung dengan pintu gerbang pertama. Tahun 2019, jembatan baru telah rampung dibangun, tetapi belum bisa dioperasikan karena jalan diujung jembatan masih sempit oleh bukit batu yang ada di depan pintu gerbang.

Selanjutnya, pada tahun terakhir pemerintahan bupati Theofilus Allorerung-Zadrak Tombeg (2019-2024), Pemda Tana Toraja baru memulai pekerjaan pelebaran jalan. Satu buah excavator beroperasi memecah bukit batu secara bertahap, ditambah beberapa truk tongkah yang memindahkan tanah dan bebatuan. Pekerjaan pelebaran dimulai sekitar dua minggu yang lalu. 

Memang jalan di sekitar pintu gerbang wajib dilebarkan. Pandangan pengendara agak terganggu oleh dua tiang pintu gerbang ketika memasuki Tana Toraja. Selain, itu ada pertigaan menuju gereja.

Dengan adanya pelebaran ini, maka pandangan pengendara sudah jelas ke depan karena jalan sudah tidak menikung tajam lagi. Secara otomatis, pintu gerbang tua yang ada di sebelah kiri, akan beroperasi sebagai jalur masuk Tana Toraja. Adapun pintu gerbang yang ada di sebelah kanan akan menjadi jalur keluar Tana Toraja.

Nah, dengan adanya proyek pekerjaan jalan ini, maka semua pengendara yang melintas wajib berhati-hati. Banyak tumpukan batu sementara teronggok menggunakan setengah ruas jalan setelah pintu masuk Tana Toraja. Laju kendaraan wajib melambat sejak memasuki jembatan Salubarani. 

Saat ini sedang musim hujan. Maka tingkat kehati-hatian pengendara pun wajib diperhatikan. Jalan raya akan licin oleh tanah berlumpur. Setiap hari kerja, ada petugas proyek yang akan mengarahkan lalu lintas. Tetapi kondisi sebaliknya akan terjadi mulai sore hingga pagi hari. Tak ada petugas yang memandu lalu lintas. 

Jika proyek pelebaran jalan dan pembenahan lokasi sekitar pintu gerbang Tana Toraja ini selesai, maka sudah bisa dipastikan bahwa para wisatawan akan kembali meramaikan spot wisata pertama di Toraja. 

Dari sisi ekonomi, tentu akan membawa berkah bagi penduduk lokal, baik yang ada di wilayah Tana Toraja maupun yang ada di Enrekang. Saat ini, hanya ada dua kios kecil penjual ole-ole khas Toraja. Satu kios ada di gedung besar milik Dinas Pariwisata Tana Toraja dan kios satunya milik warga lokal Enrekang yang ada di ujung jembatan. Sayangnya, kerena pengelolaan yang belum memadai, kios-kios ini sepi pengunjung, padahal potensinya sangat besar jika dikelola dengan baik.

Pembangunan di sekitar pintu gerbang Tana Toraja ini akan sekaligus menjadi tantangan bagi warga lokal Salubarani dalam mengembangkan usaha pariwisata. Jika mereka mampu menyambut potensi ini, bukan tak mungkin akan menambah nilai ekonomi warga sekitar.

Pintu gerbang Tana Toraja yang dipotret sekitar tahun 1970-an. Sumber: Nature Insight
Pintu gerbang Tana Toraja yang dipotret sekitar tahun 1970-an. Sumber: Nature Insight

Seiring dengan pembangunan ini, ada isu bahwa pintu gerbang tua yang dibangun pada masa pemerintahan bupati A.J.K Andilolo akan dirubuhkan. Namun, warga lokal Salubarani yang tahu persis sejarah masa lalu gerbang tersebut secara umum menolak.

Saya selaku warga lokal Salubarani juga menolak jika dirubuhkan. Pintu gerbang ini sangat kokoh dan tak mengganggu mobilitas pengendara nantinya. Sebaiknya pintu gerbang direnovasi seperlunya dan jika perlu miniatur rumah tongkonan yang dulu ada di atas pintu gerbang dibangun kembali. 

Pintu gerbang ini adalah obat rindu perantau Toraja. Pintu gerbang Tana Toraja yang ada di Salubarani ini adalah simbol legendaris untuk perantau Toraja. Dulunya, hanya satu pintu gerbang. Kemudian pada awal tahun 1990-an dibangun pintu gerbang kedua. Pembangunan pintu gerbang baru ini satu paket dengan pembangunan jembatan penghubung Toraja-Enrekang.

Saat itu, jembatan lawas yang dibangun pemerintah Belanda sudah lapuk termakan usia. Setelah jembatan baru dan gerbang baru selesai, jembatan tua dan pintu gerbangnya ditutup sebagai akses jalan. Selama kurang lebih 20 tahun, pintu gerbang tua dijadikan sebagai lahan parkir warga setempat.

Pintu gerbang tertua dibangun sekitar tahun 1979-an. Bahan baku utama dari beton. Corak warna-warni ukiran khas Toraja, hitam, putih, merah dan kuning menghiasi seluruh pintu gerbang. Di bagian atas pintu gerbang dibuat rumah adat tongkonan. 

Pintu gerbang inilah yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Masa kecil saya pun banyak dihabiskan di pintu gerbang ini. Sepulang sekolah waktu SD, kami sering bermain di atas pintu gerbang dan sesekali tidur di tongkonan. 

Ada alm. opa Lantang yang fasih berbahasa asing dalam berbagai bahasa, khususnya bahasa Belanda dan Inggris. Rumah beliau masih ada berdiri kokoh di bagian kanan jalan dari arah Enrekang, sekitar 50 meter setelah pintu gerbang. Ciri khas rumahnya adalah ada bangunan lumbung khas Toraja (alang) di halaman rumah. 

Alm. opa Lantang sering bercakap-cakap dengan turis mancanegara yang singgah berfoto. Setelahnya, anak-anak yang datang berkerumun mendapat permen dari para turis. Adapun opa Lantang mendapat rokok. Inilah sedikit kenangan yang tersisa dari pintu gerbang tertua yang masih kokoh berdiri sampai hari ini. 

Ah, inilah sedikit kenangan yang tersisa di pikiran saya dalam rangka menyambut hasil pembangunan di sekitar pintu gerbang Tana Toraja. Besar harapan bahwa pintu gerbang tua tetap dibiarkan berdiri kokoh menyambut para tamu istimewa Tana Toraja dan Toraja Utara.

Sementara bagi pemda Tana Toraja, dinas terkait dan warga lokal, mari manfaatkan peluang ini untuk meningkatkan layanan pariwisata di Tana Toraja nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun