Jangan ditanya jika ada alat peraga belajar yang mumpuni dalam kelas. Pun dengan simbol negara yang hanya gambar presiden dan Garuda Pancasila yang setia.Â
Laboratorium dan perpusatakaan memiliki kesamaan dengan kondisi di sekolah lain, yakni tidak terpelihara dan jarang terpakai. Kondisi seperti ini sebenarnya sama dengan ruang kelas, yang membedakan adalah, kelas hampir setiap hari dibersihkan dan digunakan. Maka laboratorium dan perpustakaan hanya menjadi pemanis.Â
Siswa yang datang belajar pun tak perlu dikejar dengan tata tertib sekolah. Banyak siswa yang hanya menggunakan sandal alias tanpa sepatu. Tapi, mereka wajib diapresiasi karena masih memberi diri untuk datang ke sekolah.Â
Jam berapa biasanya kelas dimulai disekolah terpencil? Meskipun jadwal pukul 07.30 sudah masuk belajar, akan tetapi domisili siswa yang tersebar jauh ke pelosok membuat sekolah baru ramai oleh siswa menjelang pukul 8 pagi. Sebagian besar siswa harus jalan kaki untuk menjangkau sekolah. Hanya siswa tertentu saja yang mengendarai sepeda motor.Â
Gambaran umum kehadiran guru sudah bisa dibayangkan. Sama halnya dengan kehadiran siswa, maka di jam yang sama para guru akan mulai berkumpul menyesuaikan dengan kehadiran siswa.Â
Ketika menyaksikan pak Kristian Betteng mengajar Bahasa Inggris di kelas 7, para siswa tampak antusias. Secara kognitif, mereka memiliki bekal. Rasa percaya diri mereka juga sangat baik. Mereka berlomba-lomba untuk memberikan tanggapannya.Â
Jaringan internet memang sudah ada di sekitar sekolah. Meski demikian, internet hanya tersedia di tempat terbatas. Siswa di Puangbembe Mesakada juga sudah familiar dengan handphone. Tak ada jaringan internet bukan berarti mereka tidak bisa menggunakan handphone untuk menerjemahkan. Para siswa menggunakan aplikasi terjemahan versi offline.Â
Siswa biasanya pulang sekolah lebih awal dari jam pulang yang sebenarnya. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan guru. Inilah warna-warni sekolah di daerah terpencil yang masih merawat kearifan lokal.Â