Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah salah satu program yang banyak dirindukan oleh para guru, baik PNS, ASN PPPK maupun honorer. Dengan status lulus PPG maka guru akan sah sebagai guru profesional. Status guru profesional artinya akan mendapatkan tunjangan profesi guru (TPG).
PPG ini pula yang telah banyak membuat adanya kenaikan kesejahteraan guru di Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja. Setiap tahun, akan ada guru yang lolos sebagai mahasiswa PPG.
PPG saat ini berlangsung secara daring selama 3 bulan. Penyelenggaranya adalah kampus-kampus di Indoenesia. Selama mengikuti PPG, guru akan menghabiskan waktu lebih banyak di depan laptop atau komputer untuk mengikuti pendidikan.Â
Tidak sedikit, ada guru yang harus meninggalkan sekolahnya karena mengikuti PPG. Padahal, status mahasiswa PPG tidak dianjurkan meninggalkan sekolah. Mereka harus tetap ada di sekolahnya, mengajar dan ikut PPG. Manajemen waktu wajib diambil setiap peserta PPG sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran dan kuliah PPG.
Salah satu tantangan mengikuti PPG bagi guru di daerah terpencil adalah ketersediaan jaringan internet. Lebih dari 8 jam setiap hari, guru harus mengikuti kuliah daring. Guru pun harus membagi waktu antara mengajar dan kuliah.
Inilah kondisi yang sedang dijalani oleh empat guru yang berstatus mahasiswa PPG di desa (Lembang) Puangbembe Mesakada, Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.Â
Sudah hampir tiga bulan mereka harus mendaki bukit Karopo hanya untuk mendapatkan jaringan internet yang stabil agar bisa mengikuti kuliah PPG dengan baik.
Letak Bukit Karopo ini berada di atas tiga sekolah dari para guru. Untuk bisa sampai di puncak bukit Karopo, harus ditempuh dengan jalan kaki. Motor sebenarnya bisa tembus, hanya saja untuk jenis motor tertentu.Â
Setelah melaksanakan pendampingan individu kepada satu calon guru penggerak yang ada di kecamatan Simbuang, saya berkesempatan untuk mengunjungi lokasi kuliah PPG para guru.Â